Mohon tunggu...
Muhammad ihsan
Muhammad ihsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup seakan mati esok, bahagia seakan hidup selamanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dialog Tokoh dengan Bapak Rizal Effendi (Perjalanan Jurnalis Menjadi Walikota)

6 November 2023   21:15 Diperbarui: 6 November 2023   21:18 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Pada Rabu, 25 Oktober 2023, Rumah Kepemimpinan Regional Nusantara Putra 2 (Arkhosophia) mengadakan acara Dialog Tokoh. Tokoh yang diundang ini adalah sosok inspiratif. Kami mengundang Bapak Rizal Effendi untuk mengisi acara. Beliau adalah seorang jurnalis yang memimpin kota Balikpapan selama 3 periode. 1 periode wakil walikota dan 2 periode sebagai walikota. Dialog yang kami bangun bagaimana seorang Pak Rizal Effendi yang merupakan wartawan terpilih menjadi seorang pemimpin kota.

Beliau dulunya merupakan aktivis kampus di Universitas Mulawarman. Kemudian masuk ke dunia kerja yang merupakan panggilan jiwa, yakni sebagai wartawan. Ia banyak belajar dengan Dahlan Iskan yang juga dulu berdomisili di Samarinda. Setelah kurang lebih 25 tahun menjadi jurnalisme, tidak sengaja ia terjun ke dunia politik. Ia banyak terinspirasi dari banyak tokoh jurnalis yang berpolitik. Contohnya seperti Pak Adam Malik, pendiri Antara yang menjadi corong PBB dan sampai menjadi wakil presiden. Kemudian ada Pak Harmoko yang menjadi menteri penerangan dan Pak Dahlan Iskan menjadi Menteri BUMN, Dirut PLN, dan Dubes Singapura.

Menurutnya wartawan sangat mungkin bisa masuk di dunia politik. Karena wartawan adalah pekerja keras. Dahlan Iskan bahkan mendapatkan julukan pembanting tulang. Wartawan juga punya wawasan luas karena ada banyak hal yang terus ia pelajari melihat realitas masyarakat. Wartawan juga punya potensi dalam mendulang suara dengan kekuatan media, tentu hal tersebut akan berpengaruh terhadap wajah perpolitikan. 

Perjalanan politik Pak Rizal sebenarnya adalah sebuah 'tragedi' mengapa ia masuk dunia politik. Bahkan identitasnya belum menjadi orang partai mana pun saat itu. Awalnya Pak Rizal direncanakan bakal dicalonkan untuk melawan pasangan yang kuat, yaitu Pak Imdat dan Pak Mukmin Faisal. Pencalonan dirinya pun sebenarnya bukan untuk memenangkan pemilu, tapi karena hanya kebetulan memiliki media sehingga hal tersebut bisa sebagai meramaikan kontestasi. Namun ternyata pasangan Imdat & Mukmin Faisal berpisah. Keduanya ternyata sama-sama ingin menjadi walikota. Mukmin Faisal sudah memiliki calon wakilnya. Karena Pak Imdat waktu itu belum ada, Pak Rizal lah yang kemudian digandeng untuk menjadi calon wakil walikota pada saat itu. Akhirnya diberi amanah 5 tahun menjadi wakil walikota. Kemudian ia lanjut 2 periode berturut-turut sebagai walikota Balikpapan.

Banyak pengetahuan dan pembelajaran baru dari perjalanan Pak Rizal. Kalau dulu saat masih jadi aktivis mahasiswa suka mengkritisi. Saat menjadi walikota selalu dikritisi. Sehingga bakal mendapat masalah baru dengan pandangan baru. Contohnya jalan rusak, yang selalu dikritisi mengapa tidak pernah diperbaiki. Ternyata jalanan sudah ada peraturannya bahwa yang boleh memperbaiki adalah yang memiliki jalan tersebut. Bisa itu dimiliki pemerintah kota, pemerintah provinsi, atau milik negara. Terakhir, ia juga menyampaikan bahwa "menjadi pemimpin besar perlu perjalanan panjang, kecuali jika orang tua kalian punya kuasa". Oleh karena itu, untuk mencapai mimpi yang besar tentu perlu dengan perjuangan yang besar pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun