Mohon tunggu...
Muhammad Iftahul Jannah
Muhammad Iftahul Jannah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

manusia bisa terang karena ada manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Untuk Bapak Jokowi

28 Januari 2014   08:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang saya Hormati,

Bapak Joko Widodo

Dimanapun Bapak berada

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh,

Semoga terlimpah karunia  Allah SWT kepada bapak, keluarga, dan saudara seperjuangan.

Tulisan ini saya buat semata-mata karena melihat pemberitaan mengenai Pak Jokowi di media massa.

Sejujurnya saya merasa bangga sekaligus iba dengan keadaan Bapak selama ini, apalagi mengenai berita termuat dalam media massa saat ini. Bangga karena jarang sekali saya melihat pemimpin seperti Bapak di Indonesia—dengan ketenangan dan kesederhanaan yang luar biasa menghadapi berbagai kritik, hujatan, puja-puji, atau juga pembelaan serta ditambah lagi dengan tindakan cepat tepat pada pemecahan masalah, menurut saya sikap itu yang patut dicontoh oleh calon pemimpin dan pemimpin saat ini di Indonesia. Iba karena saya takut kalau sekali waktu Bapak akan terjerumus juga dengan bermacam-macam misi terselubung untuk menjatuhkan niat baik dan nurani bapak untuk membuat pemerintahan yang berujung kebaikan. Karena saya rasa sebagian besar orang-orang yang menjadi decision maker di negeri ini adalah orang-orang jahat (semoga tidak).

Sejauh saya mengamati tindak tanduk bapak yang hanya bisa saya lihat lewat berbagai media massa, saya sangat terharu melihat wajah Bapak yang tetap tegap tanpa kesombongan—walau sudah mulai terlihat kerutan. Ini menandakan Bapak tetap konsisten dalam usaha-usaha bapak memajukan pemerintahan di Indonesia, khususnya lewat ibu Kota Jakarta. Sebelum mengatakan hal ini, saya atau juga mungkin beberapa orang yang selama ini melihat tindakan bapak berada diambang kepercayaan. Bapak yang tiba-tiba muncul dengan berbagai macam pemberitaan di media massa, menjadi idola baru, idola masyarakat. Tentu ini adalah hal ganjil yang membuat kepercayaan kepada Bapak yang akhirnya menjadi Gubernur DKI Jakarta bergetar. Tapi tentu antara asumsi dan kenyataan sangat berbeda, antara hal yang tak punya pijakan dan suatu kebenaran, dan kebenaran lewat kenyataan itulah yang telah membuat saya yakin bahwa Bapak memang pantas diidolakan.

Tentu bapak tahu konsekuensi dari kata idola (tidak bermaksud sok pintar), ia akan jadi tauladan—dan saya yakin Bapak punya hal itu, dengan itulah harapan saya atau juga masyarakat yang lain pada bapak akan selalu mekar. Dari harapan itu timbullah secuil hal yang ingin saya sampaikan (mudah-mudahan tidak terlalu berlebihan) kepada Bapak.

Pertama,

Tentu bapak sadar bahwa saat ini sedang dijagokan untuk maju sebagai calon presiden RI di tahun pemilu 2014. Saya sangat optimis bahwa Bapak memiliki separuh suara dari seluruh masyarakat Indonesia, sedang separuh yang lain dibagikan ber-tiga atau ber-empat pada calon lain.

Kedua,

Sejujurnya saya sangat menyayangkan ketika (saya mengandaikan) Bapak mengambil kesempatan itu dan meninggalkan posisi sebagai Gubernur DKI (dalam hal ini saya optimis bahwa Bapak Jokowi akan menang), sedang usaha yang Bapak lakukan untuk Jakarta saat ini sudah mulai menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Ketiga,

Tentu ketika bapak meninggalkan Jakarta dan menjadi presiden RI, bagaimana nasib Jakarta selanjutnya? Beda orang beda tingkah laku, dan tak ada yang bisa menjamin ritme yang dimainkan oleh seseorang selain Bapak bisa menuju pada jalur seperti yang dilakukan Bapak Jokowi saat ini. Sayang sekali ketika hal ini kembali jadi mainan partai politik.

Keempat,

Kalaupun Bapak Jokowi ingin memberikan manfaat yang lebih besar di Indonesia, sehingga untuk itu diperlukan menjadi presiden RI, saya tetap yakin Bapak Jokowi akan tetap menjadi idola bahkan sampai tahun pemilu 2024, selama ritme yang bapak lakukan saat ini dipertahankan dan sesekali dikembangkan—selama Jokowi-jokowi baru belum muncul, selama pemimpin yang bergerak dengan ketulusan nurani tak kunjung datang.

Kelima,

(sekali lagi semoga saya tidak sok pintar)

Menurut saya, pemimpin itu besar karena kesabarannya dan matang karena pengalamannya. Bukan berarti saya tidak percaya dengan kematangan dan kebesaran bapak Jokowi sebagai pemimpin—ini bisa menjadi jawaban pada masyarakat Indonesia, bahkan seluruh orang-orang jahat di negeri ini, bahwa perjuangan dengan nurani dan kepekaan yang Bapak lakukan saat ini bukanlah omong kosong yang sering diserang dan dicibir oleh orang jahat. Ini akan membuat kepercayaan kami semakin mekar. Tidak seperti usaha setengah-setengah yang banyak dilakukan oleh pembuat decision maker bangsa ini, meloncat-loncat seperti bajing yang selalu mencari dan mengejar duit—mereka jelas berbeda jauh dengan bapak, antara langit dan bumi.

Keenam,

Terkait dengan Partai yang saat ini yang berhasil mengusung bapak, saya tidak bisa berkomentar—tentu saja saya atau juga masyarakat lain tetap percaya bahwa keseluruhan perangkat politik yang berjalan saat ini tetap memiliki niat baik pada cita-cita yang ada dalam UUD 1945 alinea 4.

Ketujuh,

Tentu saja dengan Bapak Jokowi bertahan sebagai Gubernur DKI Jakarta sampai dengan masa jabatan selesai, saya optimis Jakarta akan menjadi Kota contoh, baik dalam masyarakat, budaya, ekonominya, pemerintahan, politik dan lain sebagainya.

Kedelapan,

Akhirnya saya ingin sekali melihat lontaran tegas dan penuh wibawa dari Bapak Jokowi, bahwa tahun pemilu ini belumlah saatnya Bapak Jokowi maju sebagai presiden RI.

Kesembilan,

Do’a untuk Bapak sebagai pemimpin yang adil akan saya panjatkan dalam tiap kesempatan, (mudah-mudahan menjadi do’a masyarakat pada umumnya).

Masuk di bagian akhir dari tulisan ini, tentu puja-puji yang berlebih sangat tidak baik untuk manusia, karena bisa memabukkan, hal itu hanya pantas untuk tuhan yang ESA, Allah SWT. Semoga Bapak selalu mendapatkan kesehatan dalam melaksanakan kewajiban. Wassalam.

Hormat,

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun