Mohon tunggu...
Muhammadibrahim Halim
Muhammadibrahim Halim Mohon Tunggu... lainnya -

.: diet ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

.: Esai Ramadhan (6)

4 Juli 2014   04:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:34 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BUKA Puasa hari ini ditraktir my bos, Devo Khaddafy. Banyak yang hadir. Semua wartawan yang posting di Pemprov Sulsel juga hadir. Dua wartawan senior yang bantu kami garap majalah internal Pemprov, KAREBA Magazine, juga hadir. Keduanya Rusman Madjulekka dan Kiblat Said. Kasubagku Badaruddin, kerap disapa Jenderal, juga hadir, malah lebih awal dari saya. Alhamdulillah.
Padahal siangnya saya sudah janji adik-adik di "identitas" Unhas untuk buka bareng dengan mereka. Nur Alfianita N dan Riry memang sempat ke kantor untuk sebuah urusan pembayaran iklan pemprov ke "identitas". Di situlah saya janji, apalagi tadinya memang tidak ada agenda buka di mana..!
Kami berbuka puasa dengan sederhana. Menu takjil (buka tepat waktu) es pallubutung. Ada sirop DHT-nya. Sedap. Nikmat.
Usai Solat Maqrib berjamaah, kami menuju ke menu makan malam. Nah, ini sudah berat. Di meja sudah ada dua pilihan ikan bakar yang siap disantap. Tinggal pilih, bolu bakar atau cepa' bakar. Dabu-dabu, raca-raca mangga, dan saos kacang sudah menantang selera. Es teh manis juga siap.
Oia, tempat buka puasa ini di RM. Paotere Topaz, Panakkukang. Pemilik rumah makan, H. Tawakkal juga ada dan langsung meladeni kami dengan ramah. Berada di kawasan Topaz ini seperti sedang berada di sebuah kawasan elite di Jakarta, lupa namanya apa. Yang jelas, dari RM. Paotere ini kita bisa melihat finishing dua bangunan apartemen modern ala Podomoro atau pengembang lainnya. Melihat ke sebelah kiri ada Apartemen Royal. Ke arah kanan ada Vida View. Keduanya seperti sedang berlomba mencakar langit Makassar.
Saya selalu bermimpi bahkan sampai sekarang memelihara cita-cita untuk membeli satu unit apartemen di kawasan ini, entah kapan? PNS dengan golongan (rendah) seperti saya (tanpa tambahan penghasilan di luar gaji sbg PNS), tentu tak masuk akal bisa beli satu unit apartemen di kawasan ini. (Korupsi? Akh, semoga saja tidak! Naudzu billahi min dzaliq).
Yah, tapi namanya juga mimpi toh? Tak apalah saya bermimpi demikian sebab, konon, salah satu cara paling gampang untuk bisa dengan cepat merasakan kehidupan orang-orang kaya, yah dengan bermimpi, hehe..!!
Salah satu khayalan sederhana yang ada dalam benakku seandainya kelak bisa miliki apartemen di sini yakni soal warkop. Saya membayangkan saat lelah pulang kerja kemudian balik ke apartemen, sebelum masuk beristirahat, saya bebas memilih atau menggilir warkop mana lagi yang kusinggahi untuk menyeruput segelas kopi.
Begitu juga saat pagi menjemput di balik jendela apartemen. Saya cukup cuci muka lalu ke lift, turun ke lobi, menyapa pegawai apartemen lalu menyeberang ke warkop. Pesan nasi kuning dan segelas kopi. Baca koran. Bercengkerama dengan pengunjung lain yang bisa saja tetangga apartemenku juga. Uh, nyamanna kehidupangnga...!!
O, sebagai info saja. Di kawasan ini, setelah saya hitung serampangan, setidaknya ada 15 lebih warkop yang bisa jadi pilihan.
Tiba-tiba lamunanku buyar. Waktu berbuka sudah tiba, rupanya. Lupakan dulu kenyamanan apartemenku. Saatnya menyantap yang sudah nyata, es pallubutung.

~makassar, 3 juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun