Sama halnya roda, begitu pula kehidupan. Kesuksesan dan kegagalan berjalan beriringan, tak ada kegagalan yang abadi begitupun kesuksesan.
Tentu kita masih ingat bagaimana bersinarnya dunia islam dimasa lalu, Al-Qur'an & Hadits dijadikan sebagai pedoman menemukan ilmu pengetahuan baru bukan hanya sebatas norma seperti saat ini, sehingga darinya melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim seperti ibnu sina dengan ilmu kedokterannya, Al-Khwarizmi dengan ilmu matematikanya, Ibnu Khaldun dengan ilmu sosiologinya, dan banyak lagi tokoh muslim dimasa lalu yang cahaya keilmuannya mampu menerangi hingga kepelosok tergelap kota byzantium dimasanya, namun kini kita harus takluk pada dunia barat sebagai kiblat baru ilmu pengetahuan dunia, juga belum terpikirkan oleh kita kenapa bisa Bill Gates si pemilik microsoft sebagai orang terkaya di bumi hingga  lebih dari 1 dekade lamanya bisa tergantikan oleh Jeff Becoz penemu marketplace amazon, sebelum akhirnya digantikan lagi posisi orang terkaya di dunia oleh Elon musk si pemilik mobil listrik tesla dan proyek antariksanya, entah siapa berikutnya, bisa saja kita, aku atau kamu, bisa saja kan? Hehe
Dunia berganti begitu cepatnya, yang awalnya seolah tidak mungkin kini menjadi nyata. Begitupun kita, jika hari ini masih berada dalam kelam kegagalan, optimis saja bahwa gusti Allah akan mengangkat derajat hambaNya diwaktu yang tepat, bukankah sudah menjadi janji-Nya bahwa bersama kesusahan Ia berikan kemudahan, habis gelap terbitlah terang, dan jika saat ini kita merasakan nikmatnya kesuksesan, selalu ingat bahwa itu tak abadi, ada saatnya Gusti Allah ambil kembali kapan saja jika kita tak lagi mampu mengendalikannya.
Sebenarnya dari kedua hal tersebut yang terpenting adalah sikap kita dalam menyikapinya, saat kegagalan datang melanda, sabar dan dan tawakal solusinya, sabar dalam gerak tentunya dan tawakal atas ketentuanNya terhadap hidup kita, karna sejatinya sikap demikianlah yang akan menjauhkan diri dari rasa frustasi berlebih.
Begitupun saat ujian kesuksesan menyapa, syukur dan berderma haruslah menjadi kepribadian, tak harus nampak, karna yang terpenting adalah berdampak, berdampak baik bagi sekitar karna dampak inilah yang akan terus dikenang sepanjang masa, bahkan saat raga kita tak lagi ada di dunia, seperti halnya utusan Tuhan yang mulia, Muhammad Rosulullah, yang meski telah lebih dari 1400 tahun lamanya menginggalkan bumi, tapi keberadaannya tetap terasa, membersamai setiap kita, aku, kamu dan mereka serta menjadi teladan yang sempurna bagi umat manusia dalam melangkah, Allahummasolli ala Muhammad.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H