Akhir-akhir ini Indonesia mulai menyatakan akan kesiapannya untuk masuk di era kendaraan listrik. Pernyataan tersebut diperkuat oleh arahan presiden yang tertuang dalam Perpres No 55 tahun 2019 mengenai percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle) untuk transportasi jalan.
Menperin menyampaikan bahwa pihaknya akan mendukung penuh pembangunan ekosistem kendaraan listrik. Langkah ini diharapkan agar Indonesia menjadi negara yang bisa menguasai dan menjadi produsen yang dapat bersaing secara global.
Dalam pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik, industri otomotif di Indonesia ditargetkan bisa memproduksi mobil listrik dan bus listrik sebanyak 600 unit pada tahun 2030 mendatang. Dari rencana tersebut, diharapkan dapat mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 3 juta barrel dan menurunkan emisi CO2 sebanyak 1,4 juta ton.
“Seperti yang disampaikan Bapak Presiden, pemerintah sangat serius untuk masuk pada energi baru terbarukan, termasuk menuju pada kendaraan listrik,” ujar Agus Gumiwang, Menteri Perindustrian (Menperin). Hal tersebut akan menjadi isu prioritas yang akan dibawa pemerintah Indonesia dalam pertemuan G20, yang salah satu pembahasannya terkait transisi energi yang berkelanjutan.
Dikutip dari laman CNBC Indonesia, Indonesia sudah memproduksi mobil listrik pertamanya pada Maret 2021 lalu. Adapun pabrik pertama yang akan melakukannya yakni Hyundai dengan Ioniq 5. Setelah itu, Hyundai bakal langsung memasarkannya.
Selain Ioniq 5, ada beberapa mobil listrik lain yang sudah masuk di Indonesia dengan harga yang masih dibanderol di atas RP. 600 Jutaan. Seperti Hyundai Ioniq Electric, Hyundai Kona Electric, Nissan Leaf, Lexus UX30e, Tesla Model 3 standard Plus, dan Tesla Model Y Long Range. Akan tetapi, Jokowi yakin harga kendaraan listrik di Indonesia akan semakin murah seiring teknologi yang semakin berkembang, khusunya, pada unsur baterai.
Jokowi yakin mampu menekan harga kendaraan listrik menjadi semakin murah karena rencana pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik yang akan dibangun di Indonesia. Dengan begitu biaya produksi kendaraan listrik bisa semakin murah.
"Apalagi, dibangun di Indonesia, di tempat di mana nikel itu ada. Cobalt ada, sehingga semuanya dikerjakan dari hulu ke hilir dan menekan cost-nya yang paling murah jadi kompetitif," kata Jokowi.
Dengan posisi Indonesia yang merupakan penghasil nikel terbesar, pernyataan Bapak Jokowi yang yakin bisa menekan harga kendaraan listrik menjadi semakin murah, bukanlah hal yang mustahil. karena jika Indonesia bisa mengolah keuntungan tersebut menjadi produk akhir berupa baterai dan serius ingin menjadi penghasil baterai mobil listrik. Seharusnya bisa lebih mudah bagi Indonesia untuk menarik investasi pengembangan mobil listrik.
referensi: