Mohon tunggu...
M. Hegel Irfansyach
M. Hegel Irfansyach Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Biologi Universitas Andalas

hobi di bidang otomotif terutama dunia mobil sport, seorang mahasiswa biologi yang suka alam dan suka mengeksplore alam, tertarik dengan cara kerja alam dan bagaimana cara alam berinteraksi dan berevolusi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dikala Mangrove Makin Tergerus, Masihkah Ada Pantai untuk Masa Depan?

23 Desember 2024   15:29 Diperbarui: 23 Desember 2024   15:29 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhir-akhir ini, beberapa daerah di Indonesia sering diberitakan terdampak bencana, mulai dari gunung meletus, gempa bumi, kebakaran hutan, tanah longsor, hingga yang paling hangat diberitakan yakni terjadinya banjir rob di pesisir pantai kota Padang.

Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, bagaimana banjir rob tersebut dapat terjadi, bahkan sampai menggenangi pemukiman warga? Apakah air laut sudah terlalu tinggi hingga Padang akan mulai sering terendam banjir? Apakah ada keterkaitan antara banjir rob yang terjadi dengan meningkatnya abrasi yang terjadi di sepanjang pantai?

Hal ini sangat menarik untuk dibahas, mengingat dengan makin seringnya kita melihat ataupun mendengar berita yang terkait dengan terjadinya banjir rob di sekitar area pantai, yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada infrastruktur bahkan berdampak cukup parah terhadap pemukiman masyarakat. Sudah sebaiknya kita mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya banjir rob ini serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh bencana banjir rob ini.

Banjir rob yang melanda pesisir pantai kota Padang sangat berkaitan erat dengan abrasi pada pesisir pantai yang telah cukup parah terjadi. Dapat kita lihat, semakin lama seolah air laut semakin mendekati daratan, dan wilayah pantai semakin sedikit dan perlahan-lahan seakan tenggelam oleh laut. Hal ini dapat membuktikan bahwa abrasi yang terjadi pada pantai semakin nyata adanya.

Seiring dengan terjadinya hal ini, tanpa kita sadari salah satu penyebab utama terjadinya abrasi pada pesisir pantai adalah ketiadaan penghalang atau barrier yang mampu memecah kekuatan ombak sebelum mencapai daratan. Ketiadaan penghalang inilah yang menyebabkan ombak yang datang langsung menerjang pantai dan perlahan akan menyebabkan terkikisnya sedimen pada pantai.

Abrasi atau terkikisnya pesisir pantai yang diakibatkan oleh gelombang laut yang menghempas pantai. Gelombang laut yang kuat dan tidak adanya penghalang seperti pemecah ombak mampu mengikis garis pantai yang menyebabkan air laut semakin mendekati daratan yang bahkan dapat berujung terendamnya pemukiman warga yang berada di sekitar pesisir pantai saat pasang-surut air laut.

Faktor buatan akibat aktivitas manusia seperti penambangan pasir dan pembangunan pantai yang tidak terencana dan dilakukan asal-asalan, dapat memperburuk masalah ini. Abrasi tersebut memberikan dampak terhadap lingkungan yang mengakibatkan hilangnya lahan pantai dan pesisir, erosi tanah, kerusakan ekosistem pada pesisir laut, hingga dapat mengancam langsung ke pemukiman di sekitarnya. Selain itu, abrasi pantai juga berdampak negatif terhadap keberlanjutan sektor perikanan, pariwisata, dan sumber daya alam pesisir.

Oleh karena itu, mitigasi dan upaya rehabilitasi menjadi sangat penting dalam melindungi garis pantai dan menjaga keberlanjutan lingkungan pesisir. Salah satu upaya yang efektif yang dapat dilakukan adalah melalui penanaman mangrove, yang memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan garis pantai, mencegah erosi, serta menyediakan habitat yang penting bagi beragam spesies hewan dan tumbuhan pesisir. Mangrove atau lebih dikenal sebagai hutan bakau ini merupakan ekosistem pesisir yang terdiri dari pohon-pohon khas yang mampu tumbuh di wilayah pasang surut.

Mangrove adalah ekosistem penting yang berfungsi sebagai pelindung pantai, habitat bagi berbagai spesies dan mangrove juga memiliki kemampuan menyimpan karbon lebih besar dibandingkan hutan daratan lainnya, sehingga keberadaannya sangat penting dalam mitigasi perubahan iklim. Namun, saat ini, keberadaan hutan mangrove di Indonesia menghadapi ancaman serius akibat aktivitas manusia yang merusak ekosistem mangrove tersebut. Hutan mangrove di pesisir Indonesia, terutama di Sumatera Barat, mengalami kerusakan parah akibat pembukaan lahan untuk pertambakan, penebangan kayu yang dilakukan secara liar tanpa dilakukan reboisasi dan pembangunan infrastruktur.

Dampak yang dapat mengancam lingkungan akibat rusaknya ekosistem mangrove adalah terjadinya abrasi, yang dimana dampak abrasi terasa nyata di berbagai aspek kehidupan terutama pada wilayah pemukiman dan tempat pelaku usaha berjualan di sekitar pantai. Infrastruktur pesisir, seperti jalan dan rumah mulai mengalami kerusakan, sementara masyarakat kehilangan lahan produktif yang menjadi sumber penghidupannya. Abrasi juga merusak ekosistem laut dan pantai, termasuk habitat alami mangrove yang menjadi aset penting bagi keberlanjutan lingkungan.

Lantas dengan semua ancaman yang mengintai, apakah kita hanya akan berdiam diri saja akan hal ini? Memang kita tidak akan melihat terjadinya abrasi pantai secara masif, namun ibarat peribahasa, sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Keacuhan kita, ketidakpedulian kita terhadap kerusakan alam akan menjadi bom waktu yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian dan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Jika tidak segera ditangani, abrasi dapat mengancam keberlanjutan pantai sebagai destinasi wisata dan tempat tinggal masyarakat pesisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun