Nusantara adalah gugusan pulau yang terbentang diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, penyambung antara Benua Asia dan Australia, tempat dimana hidupnya ratusan suku, bahasa dan budaya, tempat yang sangat mustahil untuk disatukan, (karena memang tabiatnya tidak satu). Perlu diketahui, memang tidaklah mudah untuk menyatukan seluruh suku-suku yang berada di Nusantara ini, buktinya para leluhur kita saja tidak pernah berhasil membangun satu negara tunggal pun untuk menguasai gugusan kepulauan ini. Dimulai dari zaman kerajaan Hindu-Budha pada abad ke-4 hingga abad ke-15 terdapat sebanyak 13 Kerajaan yang silih berganti memimpin berbagai bagian dari nusantara, hal ini belum lagi ditambah dengan Kerajaan-Kerajaan Islam yang mencapai 14 Kerajaan. Maka dari abad ke-4 hingga sekarang ini ada total sekitar 27 kerajaan yang telah memimpin berbagai wilayah di Nusantara ini.
Akan tetapi sebuah rekor telah ditorehkan oleh para pahlawan nasional Indonesia. Mereka berhasil menyatukan daerah-daerah yang dulunya bekas puluhan kerajaan menjadi sebuah negara tunggal yang berdaulat. Ya, kita bisa berbangga, sejak 17 Agustus 1945 kita telah resmi dibawah satu kepemimpinan.
Namun, dewasa ini, perpecahan muncul didalam tubuh Indonesia, mer dekanya Timor-Timor dan pemberontakan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) seolah menjadi pertanda akan tabiat asli penduduk Nusantara. Gugusan pulau yang dulunya dipimpin oleh puluhan kerajaan seolah merasa tidak nyaman akan ‘baju’ baru yang dikenakannya. Penyebabnya bermacam-macam, dimulai dari; Tidak adilnya pemerintah dalam memutuskan berbagai perkara dan juga penghasutan dari segelintir orang untuk kepentingan pribadinya.
Melihat dari besarnya negara Indonesia dan juga keberagaman suku yang ada, memang sulit kelihatannya untuk memimpin Indonesia. Apalagi ditambah dengan sejarahnya yang memang tidak berlandaskan persatuan. Djuyoto Suntani, didalam bukunya menyatakan “Seperti kita ketahui, semua yang terjadi di alam ini mengikuti suatu siklus tertentu. Eksistensi suatu bangsa dan negara juga termasuk dalam suatu siklus yang berjalan sesuai dengan ketentuan hukum alam’’. Dia juga menambahkan bahwa ditanah Nusantara dulu terdapat banyak kerajaan yang silih berganti dan tidak pernah bersatu. Nusantara yang bersatu pada saat ini adalah fenomena untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, dan umurnya pun masih sangat muda, 70 tahun. Kalau dilihat dari kacamata sejarah dan peradaban, Bukan tidak mungkin Nusantara kembali terpecah seperti sedia kala.
Apalagi kalau melihat sejarah Kerajaan Sriwijaya yang disaat umurnya memasuki yang ke-70 tahun, kerajaan itu mulai terpecah dan mucul kerajaan-kerajaan kecil mandiri. Begitu pula Kerajaan Majapahit, di Jawa Timur. Kerajaan ini bernasip sama seperti Kerajaan Sriwijaya yang di tahun ke-70 mulai goyah. Maka dari itu bukannya tidak mungkin pada suatu hari nanti Indonesia akan ‘bubar’ seperti kerajaan-kerajaan sebelumnya, kalau tidak cepat ditangani bersama, apalagi mengingat umurnya yang akan memasuki tahun ke-70 pada 17 Agustus 2015 ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H