[caption id="" align="alignnone" width="400" caption="twitter @akualbana"][/caption] Pengerucutan ‘bursa capres 2014’ sudah mulai terlihat, muncul nama-nama yang memang memiliki potensi untuk dijadikan kandidat orang yang ingin’ melayani rakyat’ bukan dilayani rakyat. Beberapa nama seperti Aburizal Bakrie, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa ia sudah memberikan kontribusi yang jelas bagi bangsa ini, dan sedikit kita tanggalkan kasus lumpur lapindo yang sering kali menyudutkan diri-nya, dan tolong pertimbangkan berapa banyak perusahaan milik-nya, dan sudah berapa banyak rakyat Indonesia merasakan dikaryakan dalam lini usaha yang ia bangun, bukan dari hasil ‘uncang-uncang kaki’ tanpa memeras keringat, tenaga dan pikiran.
Ada juga, Prabowo Subianto beliau pun bukan politisi praktis, yang duduk ditungku kekuasaan negeri ini tanpa ada-nya bukti nyata. Terbukti, nyawa-nya pun pernah dipertaruhkan untuk negeri ini, beberapa refrensi bahwa Prabowo Termasuk 5 ‘Politisi Berpengaruh’ di Dunia menjadi bukti sepak terjang orang yang paham dengan ‘jeroan hankamnas dan stabilitas politik’ mengingat ia pun bukan anak kemarin sore yang masih perlu mengikuti pentaran P-4 atau seminar-seminar tentang organ-pol.
Berbagai aktifitas dan bukti loyalitas-nya untuk negeri ini sudah teruji dan terbukti beberapa penghargaan dari bangsa ini pernah ia dapatkan, seperti Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun, Satya Lencana Seroja Ulangan–III, Satya Lencana Raksaka Dharma, Satya Lencana Dwija Sistha, Satya Lencana Wira Karya,The First Class The Padin Medal Ops Honor dari Pemerintah Kamboja,Bintang Yudha Dharma Nararya, dan belum lagi penghargaan dari bangsa lain.
Kini muncul nama yang fenomenal, ‘anak kampung’ yang hijrah ke kota dan berhasil menaklukan Jakarta, kota yang penuh dengan ‘mafia berwajah priayi dan orang-orang yang bersembunyi dibalik atribut agama, sosial bahkan payung hukum sekalipun.’ Kompliiiit ada di Ibu Kota Jakarta. Tetapi ia mampu menyentuh hati masyarakat dengan gaya kepemimpinannya yang dinilai lari dari pakem dan retorika dan protokoler politik birokrasi serta kenegaraan.
Cuek, itu gaya-nya dan tidak ambil pusing dengan omongan sana –sini, yang penting dia tetap menjadi ‘pelayan masyarakat’ bukan sekedar omong kosong atau teori ala tesis anak kampus, tetapi ia langsung praktekan bagaimana menjadi seorang negarawan yang baik. Tingkah dan gaya-nya yang kalau kata orang Jakarta bilang, “semau gue.” Ia tunjukan dengan aksi yang terbilang konyol, lihat bagaimana ulah-nya ketika menaiki kuda dan berpakaian ala kaisar Jepang dalam acara HUT dan Festival Jakarta tempo hari.
Sampai-sampai seorang solois, Elfonda Mekel alias Once dalam kesempatan kali itu ia pun ikut mengikuti Jakarta Karnaval dan melihat keanehan dari seorang Joko Widodo.
“Menurut saya, idenya orisinal ya. Jokowi itu gubernur yang berani ‘gila’. Mungkin itulah yang orang-orang suka dari gubernur, yang tidak jaim (menjaga image), berbaur dengan rakyat, dan merasakan sukacita bersama rakyat,” tutur Once.
Rating beliau pun melejit, populeritas dengan sendirinya ia dapatkan. Bukti-bukti bahwa ia mampu bekerja nampak jelas, bagaimana ia meneduhkan gejolak dan amarah para PKL Tanah Abang, akhirnya dengan memasrahkan diri tanpa ada-nya adu jotos-jotosan merelakan untuk direlokasi, apa Jokowi menghindar? Tidak, justru ia berani untuk datang tanpa pengawalan khusus ke pasar ‘semrawut’ Tanah Abang, yang katanya di sinilah sarang-nya preman Jakarta. Justru di tempat inilah para PKL ada yang meminta untuk foto bareng, ada juga yang berteriak memanggil nama-nya ada juga yang menghampiri pemenang ajang ‘CAGUB DKI IDOL 2013’ hanya untuk bersalaman. Begitu bersahaja-nya, tanpa membesar-besarkan sosok Joko Widodo dan memang keadaannya seperti itu, mata penduduk Jakara pun melihat cara kerja dia.
Kini ia diincar oleh partai-partai besar, mencoba merayu beliau untuk bersedia dipinang sebagai calon presiden atau wakil presiden. Taruh saja sekaliber poltikus senior Amien Rais, berkoar di media tentang rencana menggandeng Jokowi dengan Hatta Rajasa yang semula Amien Rais mengkritisi tajam tentang rakyat yang menghendaki Jokowi jadi presiden.
"Kalau saya boleh kasih masukan, sebelumnya Pak Jokowi itu disumpah lewat sumpah jabatan bertugas selama 5 tahun sebagai gubernur. Kalau baru 2 tahun, karena desakan rakyat, kemudian dia loncat sebagai presiden, bagaimana dengan amanat," Begitu ucapnya.
Tak berapa lama ia pun berstatement, “"Jadi begini, kan pilpres masih 1,5 tahun, kemudian semua masih terbuka. Jadi, banyak probability, banyak kemungkinan. Cuma saya dengar di Gajah Mada (UGM), suara-suara sementara dosen itu mengatakan, misalnya bagaimana, cuma berandai-andai semua ya, Jokowi dengan Pak Hatta. Karena pertimbangannya apa? Jokowi-Hatta Rajasa, itu kan mirip-mirip dengan Bung Karno dengan Hatta," ( Plin-plan atau promosi colongan?)
Bukan saja Amien Rais yang plin-plan dengan pernyataannya, politisi dan sekaligus pengacara plus artis seperti Ruhut Sitompul menyatakan setuju jika komite konvensi penjaringan calon presiden RI Partai Demokrat mengundang Joko Widodo (Jokowi) untuk turut serta dalam bursa konvensi. Lucu, padahal mereka itu orang-orang yang notabene-nya selalu mencibir JOKOWI, tetapi justru kini hati-nya berbalik.
Ruhut sebelumnya menyudutkan Jokowi dengan beberapa ucapan-ucapannya yang jika itu ditujukan untuk pribadi atau masyarakat biasa, mungkin sudah cari dukun ‘nomor wahid’ untuk nyantet Ruhut Sitompul. Ini cuplikan pernyataan Ruhut ;
"Sekarang saja sudah amburadul, banjir dan macet makin gila," Kata Politisi Partai Demokrat tersebut menanggapi banjir di Jakarta.
"Pedagang mebel mau jadi calon presiden, belum levelnya. Memang mudah jadi presiden? Aku tidak mau bodohi rakyat, aku mau cerdaskan rakyat," kata Ruhut menghina profesi awal sang gubernur.
Kini justru ia sendiri yang menetujui jika panitai konvensi Partai Demokrat akan mengundang gubernur DKI yang pernah ia sindir, jatuhkan dan banting tesebut. Secara tidak langsung si Poltak menghormati Joko Widodo, dan pasti dalam undangan konvensi nanti nama Jokowi akan ditulis dengan tinta hitam dan dicetak tebal ( Bold ) tertulis Kepada Yth ; Joko Widodo bukan karena Once menganggap Jokowi politisi ngentrik dengan istilah kagum-nya menyebut ‘Jokowi Gila’ terus di dalam undangan konvensi nanti ditulis Kpd Yth : Jokowi ‘Gila’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H