Ini bukan ramalan atau juga primbon ‘kosong’ tetapi hanya memberikan satu gambaran dan perkiraan saja. Yang namanya perkiraan, kadang terbukti dan terkadang meleset dari pakem realita. Masih ingatkan bagaimana seorang SBY namanya mencuat ke panggung politik?! Yah, aksi dirinya absen dari rapat kabinet yang disaat itu dipimpin Megawati SP, dan masih ingatkah kita keretakan Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono? Hingga klimaks-nya SBY keluar dari kabinet ( 11 Maret 2004)
[caption id="" align="alignnone" width="400" caption="forum sosial, opini dan info ceritamu.com"][/caption]
SBY berseberangan dengan MSP, kasarnya ‘diskriminasi’ dan ‘pengkerdilan’ SBY pun santer di media ditambah lagi moment yang pas dengan akan berlangsungnya pilpres 2004. Kegusaran dan kebencian Mega terhadap SBY bahkan diartikulasikan dalam rapat DPP PDIP. “Kalau orang lain, Amien Rais presiden, Wiranto presiden, siapalah, saya datang. Tapi, kalau ini (SBY), saya enggak bisa, karena dia menikam saya dari belakang!” begitu kata Mega di rapat pimpinan DPP PDIP sebagaimana ditirukan Roy.
Disaat itu SBY sudah memiliki partai yang akhirnya dijadikan kendaraan politik-nya. Dan ternyata,ia pun dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia hingga akhirnya berdiri sebagai orang nomor satu di negeri ini. Itu dikarenakan SBY bersikap ekstrem dengan keluar dari kabinet walau kenyataanya masih saja ada pihak-pihak yang muncul menjadi ‘pahlawan kesiangan’ di balik popularitas Susilo Bambang Yudhoyoni yang tidak bisa terima ia berucap sumpah 20 Oktober 2004 dilantik menjadi RI-1.
Jejak itu mulai terlihat pada seorang Anas Urbaningrum orang yang dahulu loyal dan royal dengan partai mercy biru ini, seakan menjadi oposisi, terlebih muncul buku “ Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas” karya loyalis mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Ma'mun Murod Al-Barbasy. Secara tidak langsung Anas memaparkan hitam dan putih-nya partai asuhan Susilo Bambang Yudhoyono.
Ditambah lagi, Organisasi kemasyarakatan (ormas) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) yang dimotori mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, dinilai kelak akan menjadi kendaraan politik yang Anas sudah siasati, berawal dari nama Ormas tersebut dianggap sebagai langkah strategis untuk menggalang opini publik, dan kelak akan menyongsong kekuatan untuk menuju 2019 mendatang, bisa jadi esok akan berganti nama Partai Perhimpunan Pergerakan Indonesia ( PPP-I) walau para pengurusnya menepis isu tersebut dan menganggap PPI hanya gerakan massa yang berorientasi hanya sebatas gerakan sosial dan budaya saja. Atau ini hanya ucapan retorika saja? Jelas sudah, tidak menutup kemungkinan ini menjadi isyarat bahwa ‘Anas Urbaningrum ‘bangkit dari kubur’!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H