Bendera hitam sebagai simbol dukacita masyarakat minang, sepertinya sudah saatnya untuk dikibarkan menggantikan marawa yang sebagai lambang dari alam Minangkabau dan tentang bagaimana Masyarakat Minangkabau menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya.Â
Di tanah yang dulunya sangat menjunjung erat filosofi hidup "adat basandi syarak, syarak basandikan kitabullah" yang artinya adat bersandingkan syari'at, syari'at bersandingkan kitab Allah (al-Qur'an) ini.
Ranah Minangkabau yang dikenal sebagai pencetak orang-orang hebat para intelek yang memberikan kontribusi besar bagi negeri ini, dan diantaranya ialah banyaknya ulama kharismatik yang dikenal bukan hanya di nusantara melainkan diakui di dunia.
Sebagai contoh sebut saja Ahmad Khatib al-Minangkabawi ulama besar Minangkabau yang merupakan imam Masjidil Haram saat itu dan banyak pemimpin reformis Islam Indonesia yang kemudian belajar dengannya. Salah dua nya adalah dua pendiri ormas Islam terbesar tanah air yaitu Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah dan Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama. Lalu kemudian Abdul Karim Abdullah, atau Buya Hamka yang merupakan kemanakan dari Ahmad Khatib.Â
Namanya mashur sebagai seorang ulama yang memiliki kontribusi besar bagi dunia ke Islaman, sehingga di anugerahkan gelar kehormatan Doktor Honaris Causa dari Universitas al-Azhar, selain itu juga beliau berhasil di dunia tafsir dengan menyelesaikan tafsir Al-Azharnya. Selain sebagai seorang ulama beliau juga terkenal sebagai penulis buku dan novel. salah satu novel darinya  yaitu tenggelamnya kapal van der wijck.
Selain seorang ulama, suku yang bermayoritas di Sumatera Barat ini, juga banyak melahirkan para pemikir yang mana kemudian hampir dari separoh pendiri bangsa ini berdarahkan Minangkabau. Sebut saja, Muhammad Hatta yang juga merupakan wakil pertama Indonesia dan perannya dalam menjadi salah satu penulis UUD 1945.Â
Lalu Sjahrir yang juga merupakan salah satu pejuang kemerdekaan yang akhirnya menjadi perdana menteri Indonesia. Kemudian sosok diplomat ulung yang membuka hubungan diplomatik Indonesa dengan negara-negara Arab. Lalu, Tan Malaka yang sangat mendorong semangat revolusi saat itu. Dan banyak tokoh lainnya, seperti Muhammad Yamin, Muhammad Natsir, HR Rasuna Said, dll.
Filosofi "adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah" yang sudah dipegang erat oleh masyarakat Minang dalam menjalankan kehidupannya baik kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.Â
Mengapa ungkapan ini kemudian dapat dilahirkan oleh para pemikir Minang saat itu? Jika saya mengutip perkataan Gianbattiso Vico, dalam kesadaran Hermeneutis ia menjelaskan bahwasanya sebuah pemikiran selalu berakar dalam konteks budaya tertentu" dari ungkapan tersebut saya percaya kemudian, lahirnya filosofi yang mana menyandingkan nilai-nilai adat dengan syariat.
Tentu ini berangkat dari sebuah anggapan yang dilihat dari realitas saat itu bahwa kehidupan masyarakat Minangkabau sangat dekat dengan nilai-nilai moral keagamaan dan tentu masyarakat Minangkabau selanjutnya dinilai mampu dalam menjalankan kehidupannya berlandaskan filosofi ini.