Media sosial telah menjadi alat penting untuk menyebarkan informasi di era komputer dan internet saat ini. Jutaan pengguna menggunakan platform seperti TikTok, Instagram, dan X (Twitter) setiap hari untuk berkomunikasi dan mendapatkan berita dan informasi. Namun, perubahan ini menghadirkan tantangan baru bagi industri pers.
Semakin banyak orang yang bergantung pada algoritma media sosial. Algoritma ini cenderung mengutamakan konten dengan banyak interaksi, seperti likes, share, dan komentar. Akibatnya, jurnalis harus membuat konten yang "menarik" dan "berita viral" untuk menarik perhatian.
Dampak yang dirasakan cukup signifikan bagi indpendensi pers. Karena berita yang disampaikan mungkin bias dan kurang objektif, ketergantungan pada algoritma ini dapat menimbulkan ancaman bagi kebebasan pers. Pekerja pers harus mengubah cara mereka menghasilkan dan menyebarkan berita, seringkali mengorbankan prinsip jurnalisme yang objektif dan faktual.
Ketergantungan ini juga berdampak pada kualitas berita, tekanan untuk membuat konten yang menarik dan viral dapat mengurangi kualitas berita, dengan banyaknya berita klikbait yang berfokus pada sensasi daripada kebenaran, mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap media dan jurnalisme.
Secara keseluruhan, meskipun algoritma media sosial memungkinkan audiens yang lebih besar untuk diakses, ketergantungan pada hal tersebut juga menyebabkan sejumlah masalah yang dapat mengancam independensi dan standar jurnalisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H