Liburan semester ganjil ini, kesempatanku dan keluarga untuk bertemu dan menginap ditempat orang tua. Disebuah dusun nan jauh dari kabupaten. Dari tempat tugasku sebagai abdi negara kurang lebih dua jam perjalanan.
Desa tempat kelahiranku nan sejuk, rindang ini,tahun ini terang benderang karena teraliri listrik dari kabupaten. Kegembiraan terpancar dari masyarakat, yang biasa hidung hitam karena terkena hembusan asap lampu teplok, sekarang suasana rumah terang, yang berkepunyaan uang lebih bisa punya TV, kulkas, dan alat-alat lain.
Ayahku dan termasuk juga masyarakat desa kami itu, hampirrata dari perantauan, masa itu merantau dari pulau jawa. Mereka buka hutan, menebang hutan dan membuat kebun.
***
Ngobrol bersama ayahku, sodaraku, temen-temen masa kecilku dulusangat asyik dan suasana akrab. Bercerita tentang apa saja, dari berapa sudah punya anak, tentang kebun, ternak, sampai tentang politik termasuk pemilihan Anggota Dewan, Bupati sampai Presiden, karena di provinsiku hampir berdekatan masa pemilihannya.
Ketika bercerita tentang pilihan presiden, para kawan termasuk ayahku berujar, kami ni gimana ya, salah pilih presiden, dulu kami sangat berharap sama pak jokowi, karena beliau merakyat, bajunya seperti kami, ndeso seperti kami, banyak harapan kami tumpukan padanya. Tapi sekarang kami tengok di TV, raskin yang biasa kami beli mau ditiadakan, listrik 1300 Wt gak dikasih subsidi lagi, gas gak ada subsidi lagi, mau ke kota, bayar ongkos mobilnya udah naik, gara-garanya BBM naik”.
“Kami mau titip samamu lee..” tolong sampaikan sama pak Jokowi, tolong tinjau ulang. Syukur-syukur subsidi listrik yang 1300 Wt gak jadi naik, karena hampir semua di dusun ini, pake 1300 Wt.
Hampir semua masyarakat dikampungku pilihannnya pak Jokowi, disamping satu suku, juga pendekatan lewat media luar biasa, karena selain wayang, yang mereka dengar dari radio, TV merupakan hiburan utama dikampungku dalam setahun terakhir ini.
Sebagai abdi Negara, dimana aku telah disumpah untuk tidak boleh berpolitik praktis,tidak boleh berpihak dan menjaga netralitasku dan jaga wibawa kenegaraanku, aku diam saja, dan aku cuman janji nanti kusampaikan pada pak Jokowi.
“inggieh pak, kulo sampek’ne mengke”. Sahutku.
***
Malam itu, acara TV lagi seru-serunya, pelawak kirun…. Kopi anget, rebus ubi yang masih berasep ditambah rebus kacang menyertai obrolan kami nan akrab.
***
Liburan ini terasa menyenangkan bagi kami sekeluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H