Mohon tunggu...
Muh. Hanafi
Muh. Hanafi Mohon Tunggu... Guru - Abdi Negara

Pengawas Madrasah Tingkat MA, Fasda Numerasi dan AlQur'an Hadist, Fasilitator IKM, Instruktur Visitasi Pelatihan Tindak Lanjut Hasil AKMI 2023, Penggerak Moderasi Beragama, Karya yang telah dipublikasikan : 1 buah Buku Referensi "Keajaiban Think Pair And Share pada Pembelajaran Al-Qur'an Hadist", 2 buah Jurnal pada At-Taklim STAI An-Nadwah KTL dan PEJ FTK UIN STS Jambi. Hope winner on cross cultural religious literacy competition "Developing Student Activity Program" Institut Leimena Jakarta Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pendidikan Itu Mendidik Hati dan Pikiran

18 Desember 2022   15:06 Diperbarui: 26 Desember 2022   10:00 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan itu mendidik hati dan pikiran (Sumber gambar : https://www.facebook.com/RomantikaBuku/photos/)

Seringkali guru memposisikan dirinya sebagai raja. Penguasa monarki di ruang kelas dan sekolah. yang titahnya harus digugu. Keputusannya tidak dapat diganggu gugat. Punya kekuasaan mutlak, dan lebih parah lagi,menganggap diri sebagai  the teacher can do no wrong atau guru tidak dapat disalahkan. Yang salah itu murid. Kekerasan verbal dan non verbal, bullying dan  kediktatoran dalam mengajar.

Ada beberapa sikap yang merupakan kecenderungan guru menuntaskan masalah siswa justru malah menjadi masalah. Diantaranya sikap guru yang suka mencela siswa. mengomentari bareng-bareng keburukan siswa di depan khalayak ramai semua guru dan bahkan temannya sendiri.

Sisi lain siswa kita hari ini sudah banyak tekanan, dirumah ditekan oleh keluarga. Kadang berangkat sekolah dengan perut kosong. Ada yang tidak punya uang jajan. Sering  saya mendapati siswa dalam kondisi murung dan mendiam diri di pojok kelas saat teman2nya riang gembira bermain di dalam kelas dan halaman sekolah. 

Padahal pendidikan itu bisa dikatakan berhasil, jika guru telah mampu menghargai siswanya. Buat apa guru menyelesaikan masalah siswa dengan marah-marah, meski siswa tersebut perilakunya sudah bandelnya kebangeten. Tetap guru tidak dibenarkan mencederai hatinya, apalagi fisiknya.

Dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku guru tersebut banyak sekali. Dia merasa malu karena aibnya. Menjadi minder dan tertekan karena secara kejiwaan aibnya diketahui orang lain. Dampak lainnya yang pasti dia tidak akan hormat lagi sama guru yang mencela dan mengomentari keburukannya. Dan akibat yang paling buruk siswa tersebut bisa putus sekolah karena merasa tidak nyaman lagi.

Pendidikan itu mendidik hati dan pikiran.

Kecerdasan, kepintaran dengan mendidik hati dan pikiran terhadap siswa harus berimbang. Prestasi akademik harus dikuasai, tetapi tak kalah penting, siswa harus punya kejernihan hati dan pikiran. Kecenderungan siswa yang berperilaku menggunakan hati dan pikirannya, yakni sikap mereka yang lebih berimpati, pada dirinya, gurunya dan lingkungan (orang lain siapapun tanpa kecuali).

Nah, dari mana pendidikan dengan hati dan pikiran itu bisa ditularkan kepada siswa?. Yaitu dengan cara hargai seberapapun sikap dan perilaku atau apapun prestasi mereka. Contoh-contoh kecil bisa kita dihadirkan dihadapan mereka. Misalnya datangnya mereka ke sekolah tepat waktu, kepedulian mereka akan kebersihan papan tulis dan ruang kelas. Pengamatan kita terhadap mereka yang membuang sampah pada tempatnya, ataupun misalnya mereka mengerjakan tugas-tugas di kelas yang ala kadarnya, atau hasil penilaian tidak sesuai ekpektasi kita, mereka telah berusaha mengerjakan tugas-tugas yang guru telah berikan. Berikan mereka apresiasi. Apresiasi pada hal-hal positif sekecil apapun yang siswa lakukan. Apresiasi tidaklah harus mahal-mahal pakai hadiah, cukup dengan ucapan terima kasih, atau tepukan di pundak dengan kata-kata, misalnya "ananda sudah hebat" dan lainnya.

Maka Bapak Ibu guru, pentingnya mendidik dengan hati dan pikiran. Bagaimana guru memberlakukan siswa dengan hangat, ramah, rendah hati dan selalu menyenangkan, hargai martabat siswa sebagai individu yang unik bahwa semua siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda dan perlakuan menerima mereka secara apa adanya. Ada siswa yang terlibat konflik atau membuat konflik memang butuh pendampingan khusus dari guru. Maka dampingi mereka. Lakukan pendampingan secara kontinyu, dengarkan masalahnya dan bantu atasi permasalahannya. Contoh sikap positif yang remeh mudah dilakukan oleh guru, dengan cukup mendengarkan curhatan dan keluhan mereka dengan seksama dan kita perhatikan baik-baik saja, itu saja sudah cukup membuat mereka terkesan. Perlakuan yang mendidik itu yang diharapkan oleh mereka, meski mereka telah melakukan kesalahan.

Nah,  bagaimana kabarnya anda Bapak Ibu guru hari ini?. Seneng banget bisa bersilaturahmi dengan Bapak ibu,  semoga usaha dan ikhtiar kita mendapat rahmat dan ridho dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetap semangat  Bapak Ibu guru untuk terus mentransformasi diri untuk hari ini lebih baik dari hari kemaren, dan pastinya kita akan bercita-cita hari esok lebih baik dari hari ini...salam edukatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun