Ibarat dua sisi mata pisau..keduanya sangatlah penting, dan mempunyai peran masing-masing. Anda guru...!, manakah yang utama.
Suatu ketika saat saya menjemput anak saya pulang dari sekolah. diparkiran sekolah tersebut, saya bersama beberapa orang wali siswa, sesama menunggu anak untuk menjemput kepulangannya. Pas disamping saya tempat dimana saya parkirkan motor, seseorang menegur.."Bapak", sambil cium tangan..."Iya mas"..kata saya. "masih kenal saya pak", sebut saja namanya "Ari"..saya lihat wajah, pakaian, badannya, sepertinya usia sudah sekitar 25an. Pakaian sedikit lusuh, bertato, rambut pirang agak panjang sedikit.  Saya benar-benar tidak mengenalinya.., dia mengenalkan diri, bahwa dia murid saya waktu SD di Kelas 4, sekitar 16 tahun yang lalu. Saat itu saya memang mengajar di sekolah dasar tersebut, tapi siswa banyak sekali. Kelas  saja dari 4A sampai 4E. selanjutnya dia bercerita, bahwa dia punya warung makan di pasar. Buka dari senja sampai pagi.
Di waktu yang lain, di bulan puasa, ba'da sholat subuh, saya mengikuti kajian di sebuah mesjid. Dan saya pastikan Ustadz yang memberikan kajian tersebut saya mengenalnya. Dia adalah murid saya dulu. Cerdas, pintar mengaji, hafal Juz yang ke 30 dan hadist-hadist pilihan. Sengaja saya duduk paling depan, dan pikir saya..mudah-mudahan dia mengenali saya, saya pastikan dia mengenali saya, dari lirikan, pandangan matanya...dan MasyaAllah, saya terkagum-kagum. Waktu itu dia bersorban putih bak layak Ustadz kondang, memang dia seorang penceramah kondang, karena yang saya tahu dia mengisi kajian-kajian yasinan Ibu-ibu. Saat itu dia sedang berdiri tepat di depan saya memegang mic memberi tausyiah subuh itu. Sampai pukul 07.00 WIB kajian usai, dia tidak menegur saya, menanyakan kabar..tidak...namun tetaplah bersalaman seperti layak kaum muslim bertemu, tetapi saya merasa hambar saja. Atau jangan-jangan dia tidak mengenali saya. Â Dan sampai perjalanan pulang dari kajian itu, terus timbul tanda tanya dibenak saya.
Dahulukan karakter
Dari dua pengalaman bertemu murid  seperti yang saya alami di atas, kita bisa melihat mana yang lebih utama, karakter atau nilai. Jika kita menilik bagaimana mendapatkannya, nilai atau prestasi, sangat mudah didapatkan. Siswa dengan cukup dia belajar dengan sungguh-sungguh. Tekun, privat dengan guru ahli, insyaAllah dengan mudah dia mendapatkan predikat baik atau amat baik sekalipun.  Tapi untuk karakter baik tidak bisa dibangun dengan serta merta, harus dengan pola pembiasaan dan keteladanan. seperti kata ahli (Hendriana & Jacobus, 2016) ada dua metode yang digunakan dalam melaksanakan Pendidikan karakter yaitu metode pembiasaan dan metode keteladanan. Dengan pola pembiasaan, dilakukan berulang-ulang dan terus menerus, serta keteladan dari orang sekitar dan lingkungan, maka karakter akan tertanam dalam perilakunya.  namun bisa juga sebaliknya,  siswa dengan lingkungan yang buruk akan berdampak buruk juga dalam perilakunya.
Bagaimana menurut anda para guru ?