Mohon tunggu...
Muh. Hanafi
Muh. Hanafi Mohon Tunggu... Guru - Abdi Negara

Pengawas Madrasah Tingkat MA, Fasda Numerasi dan AlQur'an Hadist, Fasilitator IKM, Instruktur Visitasi Pelatihan Tindak Lanjut Hasil AKMI 2023, Penggerak Moderasi Beragama, Karya yang telah dipublikasikan : 1 buah Buku Referensi "Keajaiban Think Pair And Share pada Pembelajaran Al-Qur'an Hadist", 2 buah Jurnal pada At-Taklim STAI An-Nadwah KTL dan PEJ FTK UIN STS Jambi. Hope winner on cross cultural religious literacy competition "Developing Student Activity Program" Institut Leimena Jakarta Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Idealnya Penilaian (Rapor) terhadap Siswa

27 Januari 2014   07:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 baru saja lewat, setiap siswa menerima daftar nilai hasil belajarnya setelah belajar selama lima setengah bulan, yang tercantum dalam daftar nilai atau Rapor adalah angka-angka yang menunjukkan sejauh mana siswa menghasilkan hasil belajarnya.

Nilai yang diberikan berdasarkan tugas-tugas harian, pekerjaan rumah atau PR, MID atau tengah Semester, ulangan-ulangan dan terakhir UUB (Ujian umum bersama) dari hasil penilaian ini kemudian dijumlah dan dibagi, dan itulah yang dicantumkan di dalam Rapor.

Dalam penilaian modell ini mungkin hampir semua sekolah sama, karena memang ini telah menjadi keputusan baku dari Kementerian pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama, karena setiap akan menghadapi Ujian Nasional, biasanya kami diminta rekap penilaian dari Kelas satu sampai Kelas enam.

Pada tataran hasil dari pendidikan itu, tolak ukurannya jika berbentuk angka didapat dari afektifnya, tetapi dari segi kognitifnya berupa perbuatan, dari motoriknya melakukan pembiasaan sehingga dianggap mampu untuk melakukannya dalam kehidupannya sekarang dan nanti.

Tetapi di dalam rapor-rapor yang di sekolah-sekolah kita, tidak ada terinci kognitifnya, sehingga kita tidak tau sejauh mana penguasaan materi pelajaran itu bisa dijadikan pembiasaanya sehari-hari.

Saya cenderung sepakat, seperti rapor di PAUD dan TK (taman Kanak-kanak), rapornya berbentuk deskripsi, tidak dalam bentuk angka, walaupun dalam bentuk angka, tapi ada penjelasannya, misal “anak bapak sudah bisa menghitung angka 1 sampai 20, namun diangka 11 dan angka 15 sering lupa, sehingga perlu diulang-ulang kembali”. Jadi kita tau persis kemampuan anak kita dan dimananya yang harus diperbaiki.

Kalau dalam bentuk angka, misal nilai 60, nilai ini ni ukurannya apa, dari berhitungnya atau pengurangannya atau dimana kelebihan dan kekuranngannya, karena di dalam Pelajaran Matematika itu ada penjumlahan, perkalian, pengurangan, dll.

Jadi menurut saya idealnya rapor siswa-siswa kita itu dalam bentuk diskripsi, supaya orang tua wali murid tau, mana yang perlu diperbaiki, mana yang harus dipertahankan dan tingkatkan.

Ini pendapat saya, semoga saja keliru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun