Mohon tunggu...
Muhammad Hamdan Fakhrudin
Muhammad Hamdan Fakhrudin Mohon Tunggu... Guru - SMKN 1 Singosari

Pribadi yang ingin selalu belajar dan berpikir logis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 (Coaching untuk Supervisi Akademik)

2 Oktober 2024   15:52 Diperbarui: 2 Oktober 2024   16:24 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. Pemikiran Reflektif terkait Pengalaman Belajar

1 Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh
*Pengertian Coaching adalah hubungan kemitraan dengan lawan bicara/klien dalam suatu percakapan kreatif yang memicu pemikiran, untuk memaksimalkan serta mengembangkan potensi pribadi dan profesional lawan bicara/klien.
*Coaching dalam konteks pendidikan adalah menuntun melalui pertanyaan reflektif dan efektif agar terpancar kekuatan kodrat peserta didik dari dirinya.
*Aspek Coaching yaitu bersikap terbuka, bersikap ingin tahu lebih banyak, dan memiliki kesadaran diri yang kuat.
*Prinsip Coaching yaitu kemitraan (sejajar), percakapan kreatif (2 arah), memaksimalkan potensi
*Kompetensi Coaching: presence (hadir penuh), mendengarkan aktif (tidak berasumsi, melabel, mengasosiasi dengan pengalaman sendiri), mengajukan pertanyaan berbobot
*Metode RASA: Receive (terima kata kunci), Acknowledge (beri respon), Summarize (rangkum), dan Ask (bertanya)
*Alur TIRTA: menetapkan Tujuan, meng-Identifikasi situasi, me-Rencanakan aksi, menggali TAnggung jawab / komitmen
*Selain itu, CGP juga memperoleh pengalaman melakukan praktik Coaching dengan rekan sejawat secara daring serta Coaching untuk Supervisi Akademik secara luring di mana CGP berperan sebagai supervisor, coach, dan coachee bersama 2 rekan CGP lainnya dalam 3 siklus secara bergantian yang terdiri dari 3 tahap, yaitu: pra observasi, observasi, dan pasca observasi.

2 Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Awalnya CGP merasa nervous karena baru pertama kali praktik Coaching, setelah itu merasa bersemangat karena ingin mencoba hal baru dan merasa senang karena memperoleh pengalaman baru dan bermakna

3 Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

minimal sudah memiliki pengalaman untuk melakukan Coaching dengan menerapkan alur TIRTA, hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.

4 Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Praktik yang dilakukan adalah berdasarkan latihan dan skenario yang telah direncanakan / disetting sebelumnya walaupun percakapannya mengalir, sehingga CGP merasa perlu kesempatan praktik yang lebih banyak lagi dalam membuat pertanyaan berbobot agar tujuan Coaching terpenuhi.

5 Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

CGP merasa ke depan semakin meningkat kompetensi hadir penuh, mengajukan pertanyaan berbobot, mendengarkan aktifnya serta matang dalam menganalisis tantangan dan menahan diri untuk tidak terbawa suasana / tetap memposisikan diri sebagai Coach yang tidak menyudutkan tetapi malah justru menggali ide untuk mengembangkan potensi rekan sejawat maupun peserta didik selaku Coachee.


B. Analisis untuk Implementasi dalam Konteks CGP

1 Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Sebagai seorang CGP apakah dapat mempraktikkan Coaching kepada Kepala Sekolah / Pengawas secara langsung sebagai Coachee?
Menurut saya dengan jam terbang praktik Coaching yang masih minim, sebaiknya CGP memilih rekan sejawat atau peserta didik sebagai Coachee, bukan Kepala Sekolah / Pengawas karena tantangan terberatnya adalah dapat mendengarkan aktif serta mengidentifikasi kata kunci dengan cepat dan tepat sehingga dapat mengajukan pertanyaan berbobot dalam perumusan rencana aksi dan tanggung jawab. Namun, jika hanya digunakan sebagai latihan saja tidak ada masalah selama Coachee berada pada lingkaran pengaruh CGP.

2 Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru
CGP berpikir bahwa praktik Coaching terutama kompetensi mengajukan pertanyaan berbobot dapat dilaksanakan atau disisipkan dalam penanganan suatu permasalahan, misalnya ketika ada peserta didik yang datang terlambat maka kita bisa menanyakan kira-kira apa yang bisa membuat Anda tidak terlambat lagi di kemudian hari. Selain itu, praktik Coaching juga tidak hanya untuk rekan sejawat maupun peserta didik, melainkan terhadap anak di rumah karena anak jika di sekolah juga menjadi peserta didik.

3 Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
Tantangan yang CGP hadapi adalah tantangan / permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik umumnya langsung ditangani oleh wali kelas dan guru BK, bukan guru mata pelajaran. Jika langsung ditangani oleh guru mata pelajaran maka tidak sesuai dengan prosedur sekolah atau dianggap bukan wewenangnya.

4 Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Bekerja sama dengan wali kelas dan guru BK jika ingin melakukan praktik Coaching kepada peserta didik, minimal meminta izin atau persetujuan terlebih dahulu agar tidak terjadi salah paham.

C. Membuat Keterhubungan

1 Pengalaman masa lalu
CGP merasa belum pernah dicoaching oleh siapapun, tetapi CGP sering disupervisi akademik. Pengalaman CGP mengamati rekan-rekan sejawat yang akan disupervisi oleh atasan di sekolah yang lama, maupun oleh senior di sekolah yang sekarang mewakili Kepala Sekolah karena jumlah guru dan karyawan sejumlah 200 orang, maka mindset yang tertanam pada benak guru dari kegiatan supervisi tersebut adalah untuk dinilai dan dievaluasi oleh mentor yang lebih berpengalaman mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, sehingga seringkali timbul semacam beban serta perasaan cemas dan khawatir memperoleh nilai yang kurang memuaskan. Namun, CGP sebagai guru yang senang belajar tidak menjadikannya suatu masalah melainkan merasa bersemangat karena dapat memperoleh saran / kritik yang membangun. CGP pernah memperoleh masukan bahwa materi yang disampaikan keluar dari jalur dan juga ketika pembelajaran untuk lebih memanfaatkan media LCD atau semacamnya.

2 Penerapan di masa mendatang
CGP memiliki pandangan bahwa praktik Coaching yang menerapkan alur TIRTA sangat diperlukan guna membantu rekan sejawat maupun peserta didik. Guru sebagai pemimpin pembelajaran perlu mengasah kemampuan Coachingnya untuk peningkatan kualitas diri rekan sejawat maupun peserta didik dalam menentukan tujuan hidupnya. Jika jam terbang sudah bertambah maka CGP akan menjadi lebih percaya diri dalam melaksanakan supervisi akademik. Supervisi akademik yang berbasis Coaching ke depannya lebih mengutamakan penggalian ide / potensi untuk mengembangkan Coachee melalui pertanyaan-pertanyaan berbobot yang tidak mengandung asumsi atau melabel serta menempatkan diri sebagai mitra yang sejajar, sehingga dapat memacu motivasi Coachee dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya melalui tahap pra observasi, observasi, dan pasca observasi.

3 Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Modul 2.1 terkait pembelajaran berdiferensiasi bahwa CGP dapat melakukan praktik Coaching jika sebelumnya telah membagi peserta didik berdasarkan kebutuhan belajarnya yang meliputi kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya, sehingga peserta didik dapat lebih mengenali dan mengembangkan potensi kekuatan dirinya.
Modul 2.2 terkait penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional bahwa CGP dapat melakukan praktik Coaching jika Coach (CGP) dan Coachee (rekan sejawat dan peserta didik) memiliki kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, sehingga tujuan, situasi, rencana, dan tanggung jawabnya dapat teridentifikasi dan terpenuhi.
Pada modul 2.1 dan 2.2 secara benang merah jika pembelajaran berdiferensiasi telah berjalan dan warga sekolah memiliki KSE yang kuat, maka tidak diragukan lagi bahwa proses coaching dan supervisi akademik berbasis coaching juga dapat berjalan dengan baik karena praktik budaya positif dan pembelajaran berpusat pada peserta didik akan mewujudkan lingkungan sekolah yang penuh keterbukaan, kenyamanan, dan kondusif dalam mengembangkan potensi masing-masing.

4 Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
Praktik Coaching idealnya memerlukan waktu paling lama 30 menit karena praktik yang terlalu lama dianggap kurang efektif.
Praktik supervisi akademik berbasis Coaching pada umumnya dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas yang berperan sebagai mitra.
Praktik supervisi akademik berbasis Coaching memiliki struktur yang ringkas dan intrumen yang tidak menyudutkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun