Tarekat merupakan anak kandung  tasawwuf amali yang dibangun di atas prinsip prinsip ilmu amaliah .Tasawuf amali dibangun di atas prinsip "ilmu amaliah, amal ilmiah" yang biasanya dipraktekkan dengan mengikuti tarekat di bawah bimbingan seorang mursyid (Guru).Â
Tarekat secara bahasa berasal dari kata jamaknya dan yang bermakna jalan, lorong atau gang. Kata tersebut diturunkan menjadi yang bermakna jalan atau metode. Istilah tarekat ini menunjuk pada metode penyucian jiwa yang landasannya diambil dari hukum-hukum syariat. Semua muslim wajib menerapkan syariat, namun ada sebagian muslim yang hanya berfokus pada kewajiban-kewajiban ibadah dan ada sebagian lagi yang selain fokus pada kewajiban-kewajiban ibadah juga memperhatikan adab, akhlak, dan sisi batin dari syariat itu.
Tasawwuf dan tareqat adalah bagi orang yang ingin membangun intensitas yang tinggi berkomunikasi dengan Allah. Melatih rasa akan eksistensi Allah dan itu pencapaian tertinggi dan akan menjadi kenikmatan tersendiri. Bagi yang mengikuti tasawwuf, tareqat adalah olah diri yang berat dan akan memberikan persepsi makna hidup yang berbeda dan membentuk cara pandang berbeda dari orang kebanyakan. Level ini adalah level pencapaian yang antara lain disebut dengan taqwa dan dalam Quran disebut orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertaqwa.
Apakah semua tarekat merupakan bagian dari tasawuf ? Apa perbedaan tarekat dengan tasawuf.
Untuk menjawab ini, kita perlu mengetahui tarekat menurut peringkat penghayatan keislaman dan apa itu Tasawuf atau konsep Spiritualisme dalam Islam. Â Karna keilmuan saya terbatas dan bisa saja saya keliru.Dan saya mengambil kesimpulan apa yang telah saya dengar dari youtube. Dengan menggunakan terminologi suluk (journey). Umumnya terdiri dari 4 tingkatan. Anda harus benar-benar mengidentifikasi, memahami, dan mengamalkan 5 syariat (rukun islam), kemudian 6 hakikat (rukun iman), lalu 2 ma'rifat (rukun ihsaan) hingga akan tiba pada Ma'rifatullah (barangsiapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Allah.) Dari konsep ini, maka akan lahir yang disebut Insan kamil (manusia yang sempurna/perfect self) yang telah memahami hakikat Allah melalui hakikat dirinya sendiri.
Tidak harus masuk tarikat, namun kita harus memahami tarikat mempermudah kita sampai kepada Allah dengan guru yang paham yaitu Guru tarikat yang aridh billah yadhullluk. Beliau akan menunjukan jalan kita kepada Allah dan mengarahkan kita pada kebaikan, dengan kebersihan hati sangguru. Disebutkan oleh syaikh Abul Hasan assyadhili beliau berkata, "Hubbul auliya minal wilayati" (mencintai para wali adalah kewalian). Disebutkan pula oleh Abul Abbas Ibn Atha "aqimu syakhshok lihikmatisshaaliihhinna laallahu yatawwadhu thaatarabbil alamin"(tempatkan dirimu dengan orang shaleh semoga dengan orang shaleh menjadi bentuk taat kepada Allah).Tersebab banyaknya aliran tarekat yang rata-rata bersifat eksklusif dan tertutup. Butuh waktu yang lama dan kita pun belum tentu bisa untuk mengidentifikasi sendiri, bila tanpa bantuan verifikasi dari masyayikh kita.
Sebagai penutup, ada baiknya kita merenungi pesan dari Syekh Hasan Basri, "Uthlubul 'ilma thalaban la yadlurru bil 'ibadah, wa'budullaha 'ibadatan la tadlurru bil 'ilmi; carilah ilmu dengan pencarian yang sekira tidak mengganggu ibadah, dan beribadahlah dengan peribadatan yang sekira tidak mengganggu dalam mencari ilmu."
Penulis: Muhammad Hamas Aqila dan Hamidullah Mahmud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H