Mohon tunggu...
muhammadhaikal
muhammadhaikal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa aktif organisasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"SPI Mengabdi: Melestarikan budaya Lokal di tengah arus globalisasi"

24 Desember 2024   17:16 Diperbarui: 24 Desember 2024   18:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam era globalisasi dan revolusi industri 4.0, identitas budaya menjadi salah satu isu yang paling menantang. Perubahan sosial yang terjadi akibat arus informasi global mengancam nilai-nilai lokal, termasuk di dunia Islam. Dalam konteks ini, mahasiswa, khususnya yang mendalami Sejarah Peradaban Islam (SPI), memiliki tanggung jawab besar untuk mempertahankan warisan budaya lokal yang selaras dengan nilai-nilai keislaman.

Pemikiran tokoh besar dunia Islam seperti Al-Farabi dan Ibn Khaldun menawarkan landasan teori yang relevan dalam menjawab tantangan globalisasi. Al-Farabi, dengan konsepnya tentang al-Madinah al-Fadhilah (Kota Utama), menggambarkan pentingnya tatanan sosial yang berbasis pada nilai-nilai etika dan spiritual. Dalam pandangannya, kebudayaan dan pendidikan merupakan kunci untuk membentuk masyarakat yang harmonis dan bermartabat. Hal ini relevan dengan kondisi mahasiswa saat ini, yang harus mampu mengintegrasikan nilai budaya lokal dengan nilai universal untuk membangun tatanan sosial yang lebih baik.

Sementara itu, Ibn Khaldun, dalam Muqaddimah-nya, mengajarkan pentingnya solidaritas kelompok (asabiyyah) sebagai elemen pembangun peradaban. Ia menekankan bahwa kemunduran suatu masyarakat sering kali terjadi ketika mereka kehilangan identitas kolektif dan terpengaruh oleh budaya luar yang tidak sejalan dengan nilai-nilai mereka. Dalam konteks mahasiswa SPI, pelajaran dari Ibn Khaldun ini dapat diterapkan dengan menjadikan budaya lokal sebagai pilar utama dalam menjaga keberlanjutan identitas bangsa di tengah derasnya arus globalisasi.

Program seperti "SPI Mengabdi," yang berbasis pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, merupakan langkah konkret untuk menjawab tantangan ini. Melalui pendekatan kesejarahan, mahasiswa diajak untuk menggali, mendokumentasikan, dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya lokal yang telah menjadi bagian dari sejarah peradaban Islam. Hal ini sejalan dengan pandangan Fazlur Rahman, yang menekankan pentingnya memahami teks dan konteks secara bersamaan. Menurutnya, nilai-nilai Islam tidak dapat dipisahkan dari realitas sosial, sehingga budaya lokal dapat menjadi sarana dakwah yang efektif jika diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

Dalam hal ini, apresiasi tinggi patut diberikan kepada Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam (HMJ SPI) periode 2024-2025 Universitas Islam Bandung , yang telah merancang dan mengimplementasikan program "SPI Mengabdi." Dengan visi yang jelas dan komitmen yang kuat, HMJ SPI berhasil menghadirkan inovasi melalui integrasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melestarikan nilai-nilai budaya lokal. Langkah konkret ini tidak hanya menunjukkan tanggung jawab sosial mahasiswa SPI, tetapi juga menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk ikut serta dalam menjaga identitas bangsa.

Program ini menunjukkan bahwa mahasiswa SPI tidak hanya berprestasi secara akademik, tetapi juga memiliki kesadaran tinggi untuk berkontribusi pada masyarakat. Pendekatan yang berbasis kesejarahan, seperti dokumentasi tradisi lokal dan pemberdayaan masyarakat, menjadi bukti nyata bahwa HMJ SPI memahami peran strategisnya sebagai penjaga nilai-nilai budaya lokal di tengah derasnya arus globalisasi.

Globalisasi memang membawa tantangan besar, seperti yang dikatakan oleh Anthony Giddens, tetapi juga membuka peluang untuk memperkuat identitas melalui inovasi dan kreativitas. Dengan mendasarkan diri pada teori pemikiran tokoh-tokoh dunia Islam seperti Al-Farabi, Ibn Khaldun, dan Fazlur Rahman, mahasiswa SPI dapat memainkan peran strategis sebagai agen perubahan (agent of change) dan penjaga nilai-nilai budaya (guardian of value).

Apresiasi khusus juga diberikan kepada kepemimpinan HMJ SPI 2024-2025 Universitas Islam Negeri Bandung yang telah menunjukkan semangat kolaborasi, integrasi, dan dedikasi tinggi dalam menjalankan program ini. Dengan langkah ini, mereka tidak hanya menjaga warisan sejarah peradaban Islam, tetapi juga mewujudkan cita-cita besar untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, berkarakter, dan berbudaya.

Pada akhirnya, upaya melestarikan budaya lokal bukan hanya tentang mempertahankan tradisi, tetapi juga membangun masa depan yang harmonis, berakar kuat pada nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Mahasiswa SPI, khususnya di bawah naungan HMJ SPI 2024-2025, telah menjadi pelopor dalam menciptakan masyarakat yang berkarakter dan berbudaya di tengah arus globalisasi yang terus berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun