Mohon tunggu...
Muhammad Haikal
Muhammad Haikal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam

Bersenang - Senanglah Berbahagialah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tasawuf dalam Pengertian Ajaran, Tradisi, atau Budaya Spiritual

4 Desember 2023   14:48 Diperbarui: 4 Desember 2023   15:24 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tasawuf al-dakhilah adalah ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang berasal dari luar islam yang masuk dan terserap ke dalam Islam sehingga seakan-akan  merupakan ajaran Islam. Ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang masuk dan terserap ke dalam Islam itu sangat beragam. Ada yang berasal dari tradisi filsafat Yunani, terutama Neo Platonisme, ada yang berasal dari tradisi atau budaya spiritual para petapa Yahudi dan Nasrani, serta ajaran agama Majusi, Hindu, dan Buddha terserap ke dalam tasawuf sehingga melahirkan tasawuf sinkretis yang bercampur antara ajaran Islam dan ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang berasal dari luar Islam. Kaum muslimin yang tidak tekun dan teliti mengira bahwa tasawuf al-dakhilah ini bagian dari ajaran Islam, padahal ia bukan ajaran Islam. Tasawuf al-dakhilah bagaikan berisi madu bercampur racun atau racun bercampur madu. Madu bermanfaat bagi kesehatan, sedangkan racun mematikan. Maksud dari mematikan disini bukan mematikan hidup manusia, tetapi mematikan cahaya Islam dan menghilangkan kemurnian ajaran Islam. Oleh karena itu, tasawuf al-dakhilah jangan langsung "ditelan", tetapi harus disaring dengan "filter" Al-Qur'an dan sunah. Maka bagi kita, diharuskan untuk mengambil madunya dan membuang racunnya.


Tasawuf berkembang menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri sehingga secara perlahan menjauh dan terpisah dari induknya, yaitu ihsan, bahkan terkesan tidak ada hubungan dengannya. Tasawuf bagian tersendiri, ihsan pun bagian tersendiri. Keduanya seakan-akan dua disiplin ilmu yang berbeda. Tasawuf tumbuh dalam dua corak, yaitu corak amali dan corak falsafi. Corak amali bersifat terapan, menekankan penghayatan ibadah dan muamalah, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat yang melahirkan kepribadian muslim kafah. Sementara itu, corak falsafi adalah corak tasawuf yang memadukan ketajaman berpikir dan kepekaan emosi dalam menghayati wujudullah (wujud Allah SWT). Corak tasawuf ini bersifat terbuka kepada unsur diluar Islam, terutama filsafat Yunani, sehingga dalam pembahasannya menggunakan beberapa istilah yang tidak dikenal di dalam khazanah Al-Qur'an dan sunah.


Dengan demikian, tasawuf tidak otomatis menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam sebelum memenuhi dua syarat yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu konsepnya tidak bertentangan dengan akidah dan pengalamannya sejalan dengan syariat. Jika dua syarat ini terpenuhi dengan baik, tasawuf bisa diterima dan diakui menjadi bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Sebaliknya, jika tasawuf, baik konsep maupun pengalamannya, menyimpang dari akidah Islam dan pengalamannya tidak dipadukan dengan syariat, tasawuf tersebut sudah keluar dari ajaran Islam, melainkan kebatinan atau tasawuf yang bercampur dengan kebatinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun