Penelitian Sistem Informasi dengan QCA
Menjembatani Metode Kualitatif Dan Kuantitatif dalamArtikel "Transcending the qualitative-quantitative divide in IS research using QCA as a configurational, comparative approach" oleh Federico Iannacci, Angsana A. Techatassanasoontorn, Zhongyun (Phil) Zhou, dan Chee-Wee Tan (2024), mengupas tuntas mengenai pentingnya penggunaan Analisis Komparatif Kualitatif (QCA) dalam penelitian sistem informasi (IS). Artikel ini menyoroti bahwa QCA telah berkembang pesat dalam dekade terakhir, menjadi salah satu metode yang sering digunakan untuk menjembatani kesenjangan antara pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Misalnya, pada tahun 2021, panggilan makalah yang diadakan oleh para penulis untuk edisi khusus ini menerima 35 pengajuan dan akhirnya memilih enam makalah untuk dipublikasikan. Ini menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi terhadap penerapan metode QCA di komunitas penelitian IS. Salah satu kontribusi utama dari artikel ini adalah bahwa QCA memungkinkan peneliti untuk menggabungkan berbagai metode penelitian, baik yang bersifat induktif, deduktif, maupun abduktif, dengan tujuan memperkuat proses pembangunan dan pengujian teori dalam IS. Data ini mendukung tren yang semakin meningkat dalam penelitian IS yang menggunakan pendekatan campuran, di mana QCA memainkan peran penting dalam menghasilkan wawasan yang lebih mendalam mengenai fenomena IS. Adanya pertumbuhan jumlah makalah QCA di jurnal-jurnal ternama IS, yang disebut sebagai "basket of 11", juga menjadi bukti kuat bahwa metode ini terus mendapatkan tempat di kalangan akademisi.
Dalam isi artikel ini, penulis menunjukkan bagaimana Analisis Komparatif Kualitatif (QCA) dapat digunakan untuk mengatasi tantangan metodologis di bidang Sistem Informasi (IS). Salah satu kekuatan utama QCA adalah kemampuannya untuk menjembatani pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian menggunakan QCA sering kali didasarkan pada mode penalaran abduktif, seperti yang dijelaskan oleh Ragin (1987), yang menggabungkan teori dan bukti empiris. Dalam artikel ini, QCA tidak hanya digunakan sebagai alat untuk membangun teori tetapi juga memperluas dan menguji teori yang ada. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Huang et al. (2024) tentang disrupsi digital mengembangkan teori konfiguratif disrupsi digital dengan menggunakan pendekatan multi-metode yang menggabungkan grounded theory dan fsQCA. Studi ini berhasil memvalidasi teori mereka dengan menggunakan dua sampel berbeda, yang memperlihatkan bahwa QCA mampu menghasilkan konfigurasi yang lebih mendalam untuk memahami fenomena digital.
Penelitian yang dibahas dalam artikel ini mencakup berbagai fenomena IS, seperti disrupsi digital, keberhasilan kerja jarak jauh, interaksi chatbot, dan crowdfunding sipil. Dalam setiap studi, QCA digunakan untuk mengidentifikasi konfigurasi sebab-akibat yang kompleks, yang sulit diungkap dengan metode tradisional. Misalnya, Meier et al. (2023) menggunakan pendekatan campuran untuk menguji keberhasilan kerja jarak jauh dengan menggabungkan analisis kuantitatif fsQCA dan wawancara semi-terstruktur. Hasilnya, mereka menemukan bahwa keberhasilan kerja jarak jauh dipengaruhi oleh kombinasi faktor terkait teknologi, pekerjaan, dan stres keluarga, yang berbeda dalam kondisi tantangan dan rintangan.
Dalam konteks penggunaan data sekunder, Zhang dan Ramesh (2023) menggunakan fsQCA untuk menganalisis platform blockchain, yang menghasilkan lima elemen desain kunci untuk keterlibatan tata kelola pengguna. Temuan ini menyoroti fleksibilitas QCA dalam mengakomodasi berbagai jenis data dan memberikan wawasan mendalam tentang konfigurasi yang tidak dapat diungkap oleh pendekatan kuantitatif murni.
Artikel ini menunjukkan bahwa penggunaan QCA dalam penelitian IS sedang meningkat, terutama di jurnal-jurnal papan atas, di mana penelitian-penelitian ini terus berkembang. Dalam edisi khusus ini, QCA digunakan baik untuk penelitian eksploratif maupun konfirmatori, dengan berbagai metode yang digunakan, dari metode tunggal hingga multi-metode. Pada tahun 2024, artikel-artikel dalam edisi khusus ini menunjukkan bahwa pendekatan konfiguratif seperti QCA dapat memperluas batasan teori IS dan memberikan kontribusi signifikan dalam memahami fenomena digital.
Secara keseluruhan, artikel ini menegaskan pentingnya penggunaan QCA dalam penelitian Sistem Informasi (IS) sebagai pendekatan konfiguratif yang mampu menjembatani kesenjangan antara metode kualitatif dan kuantitatif. QCA menawarkan cara untuk mengidentifikasi dan menganalisis konfigurasi yang kompleks dari data empiris, memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena IS yang dinamis, seperti disrupsi digital dan interaksi chatbot. Dengan meningkatnya jumlah publikasi yang menggunakan QCA, terutama pada tahun 2024, metode ini semakin diakui dalam komunitas akademik sebagai alat yang relevan dan efektif untuk menghasilkan teori yang solid.
Dari sisi implikasi, QCA memberikan kontribusi nyata pada pengembangan teori di bidang IS, terutama dalam hal memahami interaksi kompleks antar faktor penyebab. Di masa depan, penggunaan QCA kemungkinan besar akan terus meningkat, terutama dalam topik-topik baru seperti kecerdasan buatan dan blockchain. Peneliti diharapkan terus mengeksplorasi dan memanfaatkan potensi QCA untuk menggali wawasan baru yang tidak bisa dijangkau oleh metode tradisional.
Referensi
Iannacci, F., Techatassanasoontorn, A. A., Zhou, Z. P., & Tan, C.-W. (2024). Transcending the qualitative-quantitative divide in IS research using QCA as a configurational, comparative approach. Information Systems Journal, 34(5), 1-7. https://doi.org/10.1111/isj.12556Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H