Mohon tunggu...
Muhammad Haickal Owen
Muhammad Haickal Owen Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Seni

Menulis. Membaca. Memotret.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kota Medan, Wilayah Peradaban Multietnis di Indonesia Bagian Barat

17 April 2021   15:01 Diperbarui: 17 April 2021   15:01 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Little India, Medan (Gambar: Muhammad Haickal Owen)

“Horas!”

“Bah! Macet kali ah jalan raya hari ini!”

Tentu sebagian besar dari teman-teman sudah dapat menebak logat tersebut berasal dari daerah mana. Yap, rata-rata masyarakat Sumatera Utara, terutama Kota Medan menuturkan logat seperti contoh di atas. Kota Medan adalah ibukota dari Provinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ke-3 di Indonesia dan merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera dan luar Pulau Jawa menurut Sensus 2020. Sebagian besar dari teman-teman pasti menduga bahwa penduduk dari kota yang terkenal dengan Bika Ambon dan duriannya ini memiliki Etnis Batak dan memiliki marga. Jangan salah, meskipun Etnis Batak lahir di provinsi ini, tetapi Etnis Batak bukan merupakan etnis atau suku terbesar di Kota Medan. Menurut BPS Kota Medan tahun 2000, etnis terbesar di kota ini justru merupakan etnis pendatang, yaitu Jawa dengan persentase 33,03%. Etnis Batak sendiri menempati urutan kedua etnis terbesar di Kota Medan, yakni sebesar 20,93%.

Etnis yang sebenarnya dari Kota Medan adalah Etnis Melayu, akan tetapi justru etnis ini masih kalah dominan dibanding dengan etnis-etnis pendatang seperti Jawa, Minangkabau, Tionghoa, Mandailing, dan bahkan Batak. Untuk teman-teman yang menganggap bahwa Batak lahir dari Kota Medan, tentu itu merupakan pernyataan yang salah. Etnis Batak lahir dari Tapanuli, Sumatera Utara, yang jaraknya ke Kota Medan cukup jauh, yakni 276 km. Hal ini dikarenakan Kota Medan merupakan ibukota dan pusat perekonomian di Sumatera Utara, serta gerbang dari Indonesia bagian Barat, yang mana bagian utara dari kota ini adalah Selat Malaka yang memisahkan pulau Sumatera dengan Malaysia. Lalu, akses dari Kota Medan menuju beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan seperti Malaysia, Singapura, Thailand, China dan India lebih dekat dibanding dengan ibukota negara Indonesia yaitu Jakarta. Oleh karena itu, Kota Medan memiliki dua penghubung internasional, yaitu Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Pelabuhan Internasional Belawan.

Meskipun ikon dari Kota Medan merupakan Istana Maimun, bukti dari Etnis Melayu dan bahwa kota ini pernah menjadi pusat Kesultanan Melayu Deli yang identik dengan Agama Islam, tetapi Kota Medan saat ini memiliki keberagaman budaya dan agama. Dengan total penduduk yang berjumlah 2.524.341 jiwa, kota ini didominasi dengan Agama Islam sebanyak 64,35%, yang dianut oleh banyak etnis yang mendiami kota ini, seperti Melayu, Minangkabau, Jawa, Aceh, Arab, sebagian kecil Etnis Batak (Toba, Karo, Pakpak, Simalungun) dan sebagian kecil Tionghoa. Untuk agama lainnya, ada Kristen (Protestan dan Katolik) yang didominasi oleh Etnis Batak (Toba, Karo, Pakpak, Simalungun) dan sebagian kecil dari Tionghoa. Selanjutnya, Etnis Tionghoa Peranakan di Kota Medan hampir semuanya menganut Agama Buddha dan Konghucu, serta Etnis Tamil yang berasal dari India memeluk Agama Hindu di Kota yang terkenal dengan oleh-oleh bolu gulung Meranti.

Keberagaman atau multietnis yang ada di Kota Medan dilambangkan dengan tempat-tempat ibadah dari berbagai agama yang mudah sekali ditemukan di berbagai wilayah. Masjid Raya Al-Mashun yang merupakan simbol dari sejarah kehebatan Etnis Melayu yang merupakan etnis asli dari Kesultanan Deli (Kota Medan). Selanjutnya, banyak sekali dijumpai Huria Kristen Batak Protestan atau yang biasa disingkat dengan HKBP, yang merupakan gereja milik Etnis Batak. HKBP merupakan Gereja Protestan terbesar di Indonesia, lho.

Lalu, ada satu Gereja Katolik yang unik di Kota Medan, yaitu Gereja Bunda Maria Annai Velangkanni yang memiliki desain India-Mughal. Gereja ini dipersembahkan untuk Bunda Velangkanni yang konon pernah muncul pada abad ke-17 di Kota Velangkanni, Tamil Nadu, India. Berbicara soal India, ada satu wilayah di Kota Medan yang dinamai dengan Kampung Keling atau yang sekarang telah berganti nama menjadi Little India. Kawasan Little India ini tentu banyak dihuni oleh pendatang dari India yang mayoritasnya memeluk agama Hindu. Di wilayah Little India, ada satu kuil besar dan tertua di Kota Medan, yaitu Kuil Shri Mariamman. Lalu banyak vihara-vihara yang terdapat di Kota Medan, karena keberadaan Etnis Tionghoa di kota ini cukup banyak dan etnis ini merupakan salah satu etnis yang menggeraki perekonomian di Kota Medan, lho. Ada satu vihara terbesar di Kota Medan dan bahkan terbesar di Pulau Sumatera, yaitu Vihara Gunung Timur.

Ternyata, kalau kita melakukan perjalanan wisata ke Kota Medan, serasa berkeliling ke beberapa negara di Asia, lho. Bagaimana? Apakah kamu tertarik? (HO)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun