Desa Gempol, Kab.Klaten (19/11/2022) -- Desa gempol sendiri memiliki satu hal yang sangat dikembangkan yaitu Oemah Limbah. Sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia, sampah menjadi salah satu permasalahan yang harus ditangani di Desa Gempol. Oemah Limbah merupakan tempat yang digunakan sebagai upaya penanggulangan sampah. Dikelola oleh salah satu warga yang merupakan ketua RW 08 atau Dukuh Jenon yaitu Eddy Nugroho yang juga merupakan aktivis pegiat lingkungan dan menjadi salah satu pencetus ide terbentuknya Oemah Limbah. Tidak hanya itu, Oemah Limbah juga digunakan sebagai tempat budidaya maggot. Sebagian orang masih belum mengenal, maggot merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa. Tentu saja karena lalat jenis BSF berbeda dari lalat pada umumnya, maka begitu pula dalam bentuk maggot.
Uniknya, seluruh siklus hidup dari lalat jenis BSF itu sendiri dapat dimanfaatkan menurut Bapak Eddy, selaku pengelola Oemah Limbah. Terlebih lagi, Omah Limbah tersebut hampir tidak memiliki bau tak sedap yang menyengat, hal ini bahkan membantah pendapat sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa budidaya maggot dimana beserta seluruh proses yang ada akan menimbulkan bau tak sedap. Namun, berbeda cerita apabila berkunjung ke Oemah Limbah yang ada di Desa Gempol ini. Di dalamnya itu sendiri terdapat rumah lalat, tempat penetasan telur, tempat pengembangbiakkan maggot, tempat pembuatan pakan maggot, hingga panen maggot basah maupun kering.
Tidak berbeda dengan yang lain, Oemah Limbah tentu saja berjalan dengan terstruktur mulai dari pengambilan dan pemilahan sampah yang diambil dari rumah-rumah di Desa Gempol (yang bermitra), pengolahan sampah organik untuk pakan maggot, pengembangbiakkan dan perawatan siklus lalat BSF, panen dan penjualan maggot basah dan kering dimana sudah ada tim marketing di dalamnya sehingga dapat berkembang dengan baik. Sempat berbincang, menurut bu Nur selaku bendahara Oemah Limbah mengatakan kondisi keuangan sempat meningkat. Namun tidak dapat dipungkiri, karena baru berjalan sejak tahun 2021 hal tersebut masih tidak stabil, karena minimnya sumber daya manusia ditambah permintaan dari luar setelah mengetahui kualitas produk yang dihasilkan oleh Oemah Limbah itu sendiri sangat baik.
Sebab itu, mahasiswa KKN Tematik Undip berusaha membantu melalui sebuah program Analisis Financial Statement Oemah Limbah dan Budidaya Maggot dengan Metode Break-Even Point (BEP), dimana diharapkan dapat lebih mendorong produksi dan dapat memenuhi target minimum penjualan sehingga menciptakan usaha omah limbah yang semakin mandiri dan maju dalam jangka waktu panjang. Analisa Break-Even Point (BEP) adalah teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara volume penjualan dan profitabilitas. Analisa ini disebut juga sebagai analisa impas, yaitu suatu metode untuk menentukan titik tertentu, dimana penjualan dapat menutup biaya, sekaligus menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian perusahaan jika penjualan melampaui atau berada di bawah titik.
Pelaksanaan program ini dilakukan dengan menganalisis terlebih dahulu secara menyeluruh data laporan keuangan yang ada melalui software SiBUMDes dalam periode tahun 2021 hingga tahun 2022 kemudian didapatkan hasil yang diharapkan. Pemaparan dilakukan kepada pengurus dan pengelola Omah Limbah yaitu Bapak Eddy Nugroho dan Ibu Ponirah yang berisi penjelasan secara lengkap hingga tata cara melakukan analisis laporan keuangan dengan metode Break-Even Point yang diikuti hasil perhitungan pada data laporan keuangan Omah Limbah melalui software SiBUMDes.
DPL : Drs. Sunarno S.Si., M.Si.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H