Saduran dari Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Pandangan Pribadi
- Hubungan agama dan budaya merupakan sesuatu yang ambivalen. Budaya seringkali digunakan agama untuk mengungkap rasa indah hubungan antara hamba dan sang Khalik.
- Barongsai yang mulai marak di Indonesia pun demikian. Awalnya dan hingga sekarang merupakan peristiwa keagamaan. Tatkala sang Naga, dalam kepercayaan Konfusian, berusaha mengejar Cuk yang bulat kecil dan kaya mutiara, maka di situ simbolisasi pergulatan antara keangkaramurkaan dan kearifan seorang penguasa.
- Untuk menerangkan adanya Tuhan dan bagaimana memfungsikan hubungam manusia dan Tuhan, agamapun meminjam pemikiran-pemikiran filosofis sebagai bagian dari kebudayaan.
- KH Yusuf Hasyim (1929-2007) berkata bahwa, generasinya dahulu merupakan generasi yang sial. Sering dipukuli oleh orang tua, disuruh macam macam, tapi kehendak mereka tidak pernah dituruti. Namun sekarang, para orang tua tidak berani memukul anak-anaknya, bahkan bisa menjadi sebuah pidana. Lebih dari itu, anak-anak sekarang kehilangan sakralitas relasi anak-orangtua (tentu sesuatu yang negative, tambahan peny.) Ada yang dulu tidak konvensional, tapi sekarang menjadi konvensional. Atau sebaliknya. Dan inilah kebudayaan.
- Tarik-menarik antara kebudayaan dan agama sangat kentara di dalam Islam, namun keduanya selalu berinteraksi. Dibandingkan santri kuno dan santri modern, santri modern berpikir ratusan, bahkan ribuan kali untuk berpoligami.
- Dahulu, makna keadilan dalam poligami dijelaskan secara sederhana, tetapi bagi santri modern, ukuran keadilan tidak lagi pada laki-laki, tetapi pada obyeknya, yaitu perempuan.
- Persoalan pelik kini adalah bagaimana melerai ketegangan yang selalu dan sering terjadi antara agama (sebagai jaringan aturan) dan kebudayaan (sebagai realitas yang selalu berubah). (Disadur dari Abdurraham Wahid/Gus Dur dalam Islam Kosmopolitan).
- Unsur budaya masuk dalam rentetan hukum agama. Para imam mazhab (hukum Islam, Abu Hanifah, Malik, Syafii dan Ahmad) berbeda-beda meletakkan persyaratan perkawinan sebagai upaya melindungi lembaga ini dari kerusakan. Ada yang menekankan pentingnya wali, ada yang mementingkan mahar, saksi atau ada pula yang menekankan pentingnya kafaah (kesepadanan); hal ini berdasarkan pada kondisi sosial kebudayaan masyarakat sekitarnya.
- Atau juga tindakan Imam Syafii yang sangat masyhur, yaitu adanya qaul jadid (pandangan barunya ketika pindah dan tinggal di Mesir) dan ada pula qaul qadim (pandangan Syafii yang lama tatkala tinggal di Baghdad). Perubahan ini menunjukkan adanya hubungan simultan antara agama dan budaya.
- Taklik talak (perjanjian perkawinan) yang dibacakan oleh setiap pengantin di Indonesia pada saat akad nikah adalah bukan dari tradisi Islam Arab, tetapi disusun oleh Ulama Indonesia yang berkolaborasi dengan kesultanan Cirebon pada abad ke-17 agar laki-laki tak semena-mena menceraikan istrinya.
- Demikian pula dengan pembagian harta bersama antara suami isteri, tidak ada dalam khazanah fikih Islam. Syaikh Al Banjari yang pertama mengawali pendapat tersebut dalam kitabnya dan diterapkan di Indonesia hingga sekarang.
- Secara berangsur-angsur, hukum yang berangkat dari kebudayaan tersebut diadopsi oleh hukum Islam, karena dipandang memberikan kemaslahatan dan menjauhkan kemudaratan.
- Di sisi yang lain, aspek kesepadanan dalam perkawinan menjadi punah dari tradisi Islam Indonesia, kaerna memang tidak terlalu cocok dengan masyarakat Indonesia yang egaliter. Kalau pun ada, kesepadanan itu terbatas pada hal hal yang sangat minimalis, biasanya hanya agama. Di sisi yang lain, orang tua lebih terbuka dan memberikan pilihan sepenuhnya kepada anak, termasuk perempuan. Tentu ada faktor budaya di dalamnya.
- Terakhir, tentu muncul pertanyaan. Apakah Islam yang memengaruhi budaya atau budaya yang dipengaruhi oleh Islam? Secara berangsur angsur, hukum yg berangkat dari kebudayaan tersebut diadopsi oleh hukum Islam, karena dipandang memberikan kemaslahatan dan menjauhkan kemudaratan. Demikian sebaliknya, hukum Islam yang dirasa memberikan kemaslahatan oleh manusia dimanifestasikan di dalam budaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!