Mohon tunggu...
Muhammad Hafidz
Muhammad Hafidz Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya adalah siswa smp negeri dki jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keganasan PKI pada Gerakan 30 September 1965

1 Oktober 2024   08:18 Diperbarui: 1 Oktober 2024   09:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI) adalah sebuah peristiwa berdarah yang terjadi di Indonesia pada malam tanggal 30 September hingga awal 1 Oktober 1965. Peristiwa ini melibatkan penculikan dan pembunuhan enam jenderal tinggi TNI Angkatan Darat dan satu perwira menengah. Peristiwa tersebut sering dianggap sebagai bagian dari upaya kudeta oleh kelompok yang diklaim sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI), meskipun keterlibatan PKI masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.Beberapa perwira tinggi yang tewas dalam peristiwa ini antara lain Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R. Suprapto, Mayjen S. Parman, dan Letjen M.T. Haryono. Para perwira ini diculik dari rumah mereka dan dibawa ke sebuah tempat yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya di Jakarta, di mana mereka dieksekusi.Setelah peristiwa ini, Mayor Jenderal Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), mengambil alih situasi. Ia kemudian menumpas gerakan tersebut, menuding PKI sebagai dalang di baliknya. Setelah itu, dilakukan penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap terlibat atau simpatisan PKI, yang berujung pada pembantaian massal terhadap mereka di berbagai daerah di Indonesia.Peristiwa ini menandai akhir dari kekuasaan Presiden Soekarno, karena Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dan memulai era Orde Baru. Partai Komunis Indonesia dilarang, dan komunisme dilarang di Indonesia. Peristiwa G30S/PKI meninggalkan bekas yang mendalam dalam sejarah politik dan sosial Indonesia, serta menjadi subjek perdebatan dan interpretasi yang berbeda hingga sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun