Mohon tunggu...
Lyfe

Anak Muda Indonesia Mampu Ciptakan yang Lebih Baik dari Pokemon Go

19 Juli 2016   13:04 Diperbarui: 19 Juli 2016   18:54 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Tribunnews.com

Masyarakat Indonesia sedang demam game Pokemon Go. Mulai dari anak kecil, ABG, anak kuliahan, sampai orang kantoran ikut-ikutan main permainan produk Google ini. Media sosial dan media konvensional berperan besar dalam mempromosikan Pokemon Go di Indonesia karena terus menerus memberitakan kejadian-kejadian unik yang terjadi saat memainkan permainan tersebut.

Sebenarnya, Indonesia bukan kali ini saja terserang “virus” seperti Pokemon Go. Beberapa tahun sebelumnya ada game yang sempat populer di Indonesia seperti Angry Bird, Flappy Bird, Clash of Clans, dan masih banyak lagi. Tapi sayangnya semua game tersebut berasal dari luar negeri, padahal ada beberapa game buatan dalam negeri yang tidak kalah uniknya dengan buatan luar negeri.

Sebut saja Dread Out, permainan bergenre horor ini sempat booming di kawasan Asia-Eropa pada tahun 2014 lalu. Dread Out mengisahkan seorang gadis cantik yang duduk di bangku sekolah SMA tersesat di kota mati. Tapi sayangnya game ini belum bisa didownload di ponsel berbasis android atau IOS. Selain Dread Out, ada game Cute Kill yang digadang-gadang akan menjadi pesaing game Plant Vs Zombie.

Dari paparan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia, terutama anak muda, cenderung lebih memilih permainan buatan luar negeri dibanding dalam negeri. Padahal, menurut tokoh pemuda Kisandani Priyambodo, pemuda Indonesia tidak kalah kreatif dengan pemuda luar negeri. Pria yang menjabat Koordinator Langkah HT ini menilai banyak komunitas kreatif yang ada di Indonesia seperti di Jakarta, Bandung, Malang, dan Yogyakarta yang bergerak di bidang grafis.

Namun, yang menjadi masalah adalah mereka tidak percaya diri akan kemampuan diri sendiri. Ditambah lagi, masyarakat lebih menyukai produk luar negeri yang sebenarnya kulaitasnya tidak jauh berbeda dengan produk dalam negeri.

"Kita bisa lihat game Pokemon Go ini sebenarnya sederhana tapi kreatif karena menawarkan berbagai inovasi bagi penggunanya. Ini yang harus dicontoh anak muda Indonesia bahwa sekecil apapun ide kreatif jika dikerjakan dengan tekun maka akan membawa hasil yang luar biasa," kata Kisan seperti dilansir Tribunnews.com.

Kalau kita telaah, pernyataan Kisan memang benar. Anak muda Indonesia tidak kalah dengan anak-anak di luar negeri karena banyak film dan game sekelas Hollywood didesain oleh orang Indonesia. Oleh karena itu, kita harus merubah pola pikir kita dari yang bermental konsumtif menjadi mental produktif, jangan hanya menjadi follower tapi harus menjadi game atau movie maker yang berkualitas.

Apalagi di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kerja keras bukanlah jaminan kesuksesan tapi kreatifitas dan inovasi lah yang membuat kita bisa bersaing dengan negara lain. Saya juga yakin anak muda Indonesia mampu membuat game yang lebih bagus dari Pokemon Go.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun