Mohon tunggu...
Sosbud

Mengenal Proses Pertumbuhan Angin Puting Beliung

10 Agustus 2016   11:42 Diperbarui: 10 Agustus 2016   12:01 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang Indonesia memasuki musim peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Peralihan atau transisi musim tersebut akan mengakibatkan terjadinya cuaca ekstrim seperti curah hujan yang tinggi dalam kurung waktu yang singkat dan sering disertai dengan angin kencang yang biasa kita sebut dengan angin puting beliung. Menurut ilmu meteorologi (cuaca), puting beliung sendiri diartikan sebagai angin yang bertiup kencang dan bersifat merusak serta memilki bentuk fisis seperti pusaran dengan kecepatan dapat mencapai 40-50 km/jam dan memiliki durasi yang singkat.

Akhir-akhir ini beberapa wilayah yang ada di Indonesia telah dilanda oleh kejadian angin kencang seperti di Kota Binjai dan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang terjadi pada hari Rabu, 13 Juli 2016. Akibatnya, sekitar 500 rumah warga rusak menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Binjai dan Langkat.

Perlu Anda ketahui bahwa angin puting beliung berasal dari awan Comulunimbus (Cb) yang merupakan jenis awan yang berbahaya dan bisa tumbuh sampai ketinggian beberapa kilometer. Awan tersebut memiliki 3 fase pertumbuhan sehingga dapat menghasilkan angin puting beliung. Fase pertama adalah fase tumbuh, calon awan Cb akan terlihat tumbuh pesat terutama ke arah vertikal dan bisa mencapai ketinggian 13 km (40.000 kaki) di angkasa. Komponen atau substansi awan ini berupa butiran air dan butiran air yang bercampur dengan salju.

Fase dewasa atau matang tercapai jika puncak awan sudah membentuk landasan dengan bagian atas berbentuk datar karena awan padat ini mendapat tekanan dari lapisan tropopause pada atmosfer bumi yang sangat stabil dan panas. Pada fase ini, awan tersebut terdiri dari butiran salju di bagian bawah, butiran air bercampur dengan salju di bagian tengah, dan butiran es (kristal) di bagian atas. Pada fase matang juga terjadi arus naik (up draft) dan turun (down draft) di dalam tubuh awan sehingga kristal-kristal es bisa menembus bagian bawah dan tengah.

Dari sinilah lahirnya mekanisme hujan es (hail). Diantara arus naik dan turun ini terjadi arus geseran memuntir yang dalam kondisi tertentu tabung puntiran angin dapat menerobos sampai ke bumi mirip belalai gajah sehingga menimbulkan angin puting beliung. Angin ini dapat menyebabkan kerusakan pada daerah yang dilaluinya. Fase terakhir adalah fase pelenyapan yang ditandai dengan adanya arus udara ke bawah yang lemah dari awan. Fase ini disertai dengan intensitas hujan dari lebat sampai ringan.

Cara untuk mengetahui akan terjadi fenomena puting beliung dapat dlihat pada lingkungan sekitar Anda.Angin kencang tersebut lebih sering terjadi pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan, biasanya terjadi pada siang atau sore hari, satu hari sebelum kejadian udara pada malam sampai pagi hari terasa panas/pengap. Pagi hari terlihat tumbuh awan cumulus yang selanjutnya akan menjadi awan cumulunimbus yang memiliki warna lebih gelap.

Perhatikan pepohonan disekitar tempat Anda berdiri, apakah ada dahan atau ranting yang sudah bergoyang cepat, jika ada maka hujan dan angin kencang akan segera datang. Kemudian akan terasa ada sentuhan udara dingin disekitar Anda. Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan tiba-tiba dengan deras. Terdengar sambaran petir yang cukup keras. Jika satu atau tiga hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim penghujan, maka ada kemungkinan hujan deras disertai dengan angin kencang akan terjadi baik yang masuk kategori puting beliung maupun tidak.

Dampak yang ditimbulkan oleh kejadian puting beliung dapat berupa bencana. Menyebabkan kerusakan pada daerah yang dilaluinya seperti atap rumah atau bangun yang dilewati akan berterbangan dan pohon yang sudah tua akan tumbang. Tips untuk mengantisipasi agar kejadian puting beliung tidak menimbulkan korban jiwa adalah menebang pohon yang rimbun dan tinggi serta rapuh untuk mengurangi beban berat pada pohon tersebut. Perhatikan atap rumah yang sudah rapuh, karena pada atap rumah yang rapuh sangat mudah sekali terhempas oleh angin kencang. Apabila berada di luar ruangan maka cepat berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian puting beliung, karena peristiwa tersebut terjadi sangat cepat.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun