Mohon tunggu...
Emhafis
Emhafis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Marhaenis Kediri

Ngelamun dan eksekusi!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rethinking of

17 Agustus 2024   21:26 Diperbarui: 28 Agustus 2024   18:01 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum itu, mari kita pekikkan salam perjuangan kita,

MERDEKAA..!!

Sebagai aria bumi putera yang lahirnya pada zaman kebingungan, maka indonesia separuh baya kali ini merayakan hari kemerdekaannya. 79 tahun sudah, pena sejarah bangsa indonesia mengguratkanya pada kitab peradaban bangsa, dari awal kemerdekaan, hingga saat ini, 17 agustus 2024, bangsaku berumur 79 tahun, umur yang cukup matang bagi beridirinya suatu bangsa. 

seseorang bisa dikatan bijak bukan oleh karena umurnya sudah tua, umur tidak menjamin seseorang ini matang, bahkan orang yang sudah tua dikenal konservatif. wisdom yang dimaksud kali ini adalah sebagai praktik, seseorang bisa dikatakan matang oleh karena mampu memproduksi wisdom, baik dengan pikiran maupun tindakan. 

79 tahun sudah bangsa indonesia berdinamika dalam peradaban. berdinamika??, peradaban??. dinamika mempunyai makna terus mengalir dari titik pijak primordialnya. peradaban berarti berkebudayaan yang disokong oleh pikiran. dus dari  kedua term tersebut apakah ada nilai relevansi dari perayaan kemerdekaan kali ini?.  maka akan saya uraikan dalam guratan kali ini. 

Dinamis mempunyai asal kata yaitu "dynamisch" dari bahasa belanda, yang berarti giat bekerja, serta ingin terus tumbuh. 17 agustus 1945, pukul 10.00 WIB dijalan pengangsaan timur, guratan proklamasi menggema selayaknya guntur, yang menjadi titik primordial bangsa indonesia mencapai kemerdekaanya. Dasar bangsa dan negara terlahir pada 1 Juni 1945 yang dikumadangkan pertama kali oleh putera sang fajar, yang kemudian dibentuklah panitia perumus pancasila, dan lahirlah piagam jakarta.  H Agus Salim, Syutan Syahrir dan kawan kawan diplomat, yang menjadi delegator dalam memperjuangkan kemerdekaan, Tan malaka yang ikut memperjuangkan kemerdekaan bukan hanya nasional, bahkan juga dalam kancah internasional, sang dwi tunggal yang juga mati matian, bersama seluruh lapisan rakyat bumi putera mengadakan matchvorming dalam mendesak tercapainya kemerdekaan. Bung karno yang tak kenal lelah memperkenalkan bangsa indonesia dikancah internasional pasca kemerdekaan. bung hatta yang menyumbangkan pikiranya tentang koperasi dalam perumusan ekonomi bangsa. apakah segala itu kurang dinamis??.                      dalam pergolakan tahun 65 yang diawali oleh pengangkatan suharto sebagai mandataris Presiden, dan diakhiri oleh gerakan para mahasiswa pada tahun 98 yang melahirkan reformasi bangsa. Terciptanya tekhnologi canggih oleh karena kecerdasan presiden Habibie, Gus Dur yang melahirkan pluralisme sebagai hasil terciptanya toleransi. apakah segalah hal itu kurang dinamis?. Megawati sebagai presiden pertama perempuan yang menghidupkan kembali Sukarnoisme pada bangsa indonesia, presiden SBY sebagai perawat demokrasi bangsa. barisan paragaf telah tertata rapi dalam setiap eksemplar sejarah bangsa, yang dalam satu dekade ini, diamplas habis habisan oleh situkang mabel!. 

Reruntuhan  kolonialisme, kini sedikit demi sedikit direstorasi kembali  menjadi satu rumah keluarga. kemerdekaan tak elaknya hanya suatu jargon tanpa substansial. Riak riak diistana memproyek bangsa, jatuh bangun rakyat mencukupi istana.  Demokrasi yang dielu elukan para founding father, kini hanya sebatas plastik yang membungkus mangga busuk, yang telah digerogoti oleh para demagog. segala konstelasi negara kini hanya sebatas alat proyeksi kekuasaan terhadap golonganya sendiri. Rakyat pun yang mayoritas berpendidikan nihil, dengan mudahnya menjadi bahan propaganda kekuasaan. 

Nekolim!, yaa..benar, Nekolim yang dulu oleh bung karno habis habisan diamplas, kini oleh situkang mabel  disuburkan demi kerakusan hasrat. dulu bangsa nusantara yang atmosfirnya ditopang oleh pikiran, kini habis diamplas halus tak terasa. kita merdeka atas bangsa bangsa, tetapi terjajah oleh penguasa. Nasionalisme bukan hanya dalam aksiologisnya merdeka atas bangsa dengan bangsa, tetapi juga "exploitation de l'homee par l'homme ", siapa yang ber nasionalisme maka ia juga berperikemanusiaan, tetapi siapa yang mengaku nasionalisme tetapi tidak berperikemanusiaan, maka nasionalismenya boleh dibuang dikeranjang sampah!. 

Sudah saatnya rakyat berpikir...

Merdekaa...!!                                                                                                                                                    

                                                                                                                                                                                                        17 Agustus 2024, Marhaenis kediri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun