Kemanapun mataku memandang
Hanya dirimu yang senantiasa kulihat
Kemanapun pikiranku mengembara
Hanya senyummu yang senantiasa menjadi lentera
Riuh rendah mulutku berkata-kata
Bertarung angkuh merebut semua cita
Tetapi hatiku terus saja menyepi dan berpuasa
Bertahan untuk melantunkan namamu si pemberi cahaya
Langkah yang tak tentu
Selalu membawaku berakhir di pelupuk matamu
Karena dimanapun kaki ini berpijak
Hanya hadirmu yang senantiasa kudamba
Di jalan-jalan desa yang sepi
Di taman-taman kota yang ramai
Di tengah hutan-hutan hijau yang lebat
Di atas tanah-tanah gersang musim kemarau
Dalam lirih angin senja yang sendu
Ditemani sepucuk surat dari ibu
Sekali lagi aku menangis haru
Betapa mentari masih bersinar dipersimpangan jalan itu
Puri 11/04/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H