Mohon tunggu...
Muhammad Firdaus
Muhammad Firdaus Mohon Tunggu... Lainnya - UIN Salatiga

Saya lahir di Jakarta pada 23 November 2004. Saat ini, saya berkuliah di UIN Salatiga. Saya memiliki kemampuan Berbicara, Membaca, dan Mendenger di 3 Bahasa yaitu Indonesia, Inggris dan Jawa secara Lancar. Pernah aktif dalam organisasi Camp English Club dan Palang Merah Remaja. Di luar perkuliahan saya, Saya memiliki hobi Berenang, Membaca dan Berlari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik Identitas Vs Politik Dinasti, Mana yang Lebih Baik?

22 Juni 2024   00:51 Diperbarui: 22 Juni 2024   00:51 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kancah politik Indonesia, dua fenomena marak menjadi perbincangan: politik identitas dan politik dinasti. Keduanya bagaikan pisau bermata dua, membawa potensi bahaya sekaligus manfaat bagi demokrasi. Pertanyaannya, manakah yang lebih "baik"?

Politik Identitas : Memanipulasi Identitas untuk Keuntungan Politik

Politik identitas, dengan tujuan mengeksploitasi identitas kelompok seperti suku, agama, ras, dan golongan untuk meraih keuntungan politik, bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, ia dapat meningkatkan partisipasi politik, mendorong partisipasi kelompok yang sebelumnya terpinggirkan, dan memperkuat identitas kelompok, mempersatukan anggotanya. Namun, di sisi lain, ia juga berpotensi memicu polarisasi, menghambat persatuan nasional, dan melemahkan demokrasi.

Politisi yang menggunakan politik identitas untuk membangun basis massa, mendapatkan   suara, dan mempertahankan kekuasaan, dapat mengaburkan isu-isu penting dan mempertajam perbedaan antar kelompok. Hal ini dapat memicu polarisasi dan fragmentasi sosial, menghambat dialog dan kerjasama antar kelompok, dan mengancam persatuan nasional.

Lebih lanjut, politik identitas dapat melemahkan demokrasi dengan mengalihkan fokus dari perdebatan konstruktif mengenai kebijakan publik dan akuntabilitas pemerintah, ke arah identitas dan sentimen primordial. Hal ini dapat membuka celah bagi manipulasi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta mengerus nilai-nilai demokrasi seperti toleransi, inklusivitas, dan kesetaraan.

Oleh karena itu, penting untuk menyelaraskan dampak positif politik identitas dengan memitigasi dampak negatifnya. Meningkatkan pendidikan politik, mendorong partisipasi sipil yang inklusif, dan memperkuat penegakan hukum terhadap ujaran kebencian dan diskriminasi adalah langkah-langkah krusial untuk memanfaatkan potensi positif politik identitas sambil menangkal bahaya yang ditimbulkannya.

Hanya dengan pengelolaan yang bijaksana dan bertanggung jawab, politik identitas dapat menjadi alat untuk memperkuat demokrasi dan persatuan nasional, bukannya memecah belah masyarakat.

Politik Dinasti: Kekuasaan Turun-Temurun, Menuju Oligarki?

Politik dinasti, di mana kekuasaan diwariskan dari satu keluarga ke keluarga lainnya, bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, ia menawarkan stabilitas politik, pengalaman dan pengetahuan, serta loyalitas dan dukungan dari basis massa keluarga. Di sisi lain, ia membuka celah bagi nepotisme dan korupsi, menghambat meritokrasi, dan melemahkan demokrasi.

Keputusan untuk mendukung atau menolak politik dinasti bergantung pada penilaian terhadap potensi manfaat dan bahayanya dalam konteks spesifik suatu negara atau wilayah. Penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti sejarah politik, budaya, dan tingkat kematangan demokrasi sebelum mengambil kesimpulan.

Dialog dan debat publik yang terbuka dan konstruktif mengenai praktik politik dinasti dapat membantu masyarakat dalam memahami kompleksitas isu ini dan mengambil keputusan yang tepat untuk masa depan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun