Mohon tunggu...
Muhammad Filbert
Muhammad Filbert Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Mobil Listrik: Solusi atau Sekadar Ilusi Ramah Lingkungan?

5 Januari 2025   09:36 Diperbarui: 5 Januari 2025   02:41 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Dalam upaya global untuk menghadapi krisis iklim, mobil listrik sering kali dianggap sebagai simbol transisi menuju keberlanjutan. Pemerintah dan perusahaan otomotif besar berlomba mempromosikan kendaraan ini sebagai solusi untuk mengurangi emisi karbon dan mengatasi polusi udara. Namun, di balik narasi optimistis ini, ada kompleksitas yang menantang klaim bahwa mobil listrik adalah solusi definitif bagi keberlanjutan lingkungan. Mobil listrik bergantung pada baterai litium-ion, yang memerlukan litium, kobalt, dan nikel sebagai bahan dasar. Penambangan bahan-bahan ini memiliki konsekuensi. Misalnya, litium diekstraksi melalui proses yang memerlukan air dalam jumlah besar, yang sering terjadi di daerah yang mengalami kekeringan, seperti Chili dan Argentina. Penambangan ini menghancurkan ekosistem lokal dan menyebabkan krisis sosial karena industri besar mengambil sumber daya air dari komunitas lokal.Pelanggaran hak asasi manusia, termasuk eksploitasi pekerja anak, sering dikaitkan dengan kobalt, yang sebagian besar dibuat di Republik Demokratik Kongo. Selain itu, jejak karbon yang dihasilkan dari penambangan dan pengolahan bahan-bahan ini jauh melampaui keuntungan emisi rendah kendaraan listrik.

Keunggulan mobil listrik sangat tergantung pada sumber energi yang digunakan. Sumber daya listrik di banyak negara masih bergantung pada pembangkit berbahan bakar fosil seperti gas alam dan batu bara. Meskipun kendaraan itu sendiri tidak mengeluarkan emisi langsung, proses pengisian dayanya tetap menyebabkan polusi dan emisi karbon. Ironisnya, mobil listrik hanya dapat berfungsi sebagai alat untuk memperpanjang ketergantungan kita pada energi tak terbarukan daripada menguranginya jika tidak ada perubahan signifikan dalam sistem energi global. Dalam situasi ini, mobil listrik hanya mengirimkan emisi dari pipa knalpot ke cerobong asap pembangkit listrik.

Baterai mobil listrik biasanya bertahan antara delapan hingga lima belas tahun. Tantangan baru muncul setelah masa pakai baterai habis: bagaimana cara mendaur ulang baterai ini secara efisien dan berkelanjutan? Teknologi daur ulang baterai saat ini tidak ideal karena bahan mentah memerlukan tingkat pemulihan yang rendah. Selain itu, limbah logam berat seperti kobalt dan nikel dapat mencemari tanah dan air, menimbulkan masalah lingkungan yang sama serius dengan kendaraan listrik jika baterai tidak dirawat dengan baik.

Promosi mobil listrik sering terjebak dalam konsumerisme hijau---anggapan bahwa membeli produk "ramah lingkungan" otomatis membuat kita lebih peduli dengan lingkungan. Dalam cerita ini terungkap bahwa untuk mencapai keberlanjutan yang benar, tidak cukup hanya mengubah barang yang lebih tua dengan yang lebih baru; lebih dari itu, perlu mengurangi konsumsi secara keseluruhan. Dengan semua keunggulannya, mobil listrik masih merupakan kendaraan pribadi yang membutuhkan infrastruktur, energi, dan sumber daya yang signifikan. Oleh karena itu, jika tujuan kita adalah keberlanjutan lingkungan, fokus seharusnya beralih dari kendaraan pribadi, termasuk mobil listrik, ke solusi transportasi kolektif seperti kereta api, bus listrik, atau sistem berbagi kendaraan.

Mobil listrik menawarkan langkah penting menuju pengurangan emisi karbon, tetapi solusi ini hanya efektif jika dilihat sebagai bagian dari transformasi yang lebih besar dan mendalam. Tanpa perubahan sistemik, kita hanya akan mengganti satu bentuk ketergantungan dengan bentuk ketergantungan lainnya, tanpa benar-benar mengatasi akar penyebab krisis lingkungan. Mobil listrik bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan salah satu alat yang harus dikelola dengan bijak dalam perjuangan panjang menuju keberlanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun