Yogyakarta - Mahasiswa pendidikan bahasa Inggris merasakan penurunan kualitas pendidikan akibat kelas daring, setelah setahun virus Corona muncul. Mahasiswa beranggapan bahwa kelas daring adalah solusi terbaik selama masa pandemi, tetapi hal ini tidak dapat berkelanjutan untuk waktu jangka panjang. Ketidakefektifan belajar, keterbatasan sarana, dan metode pembelajaran yang membosankan menjadi masalah besar bagi mahasiswa selama kelas daring.
“Di masa pandemi seperti ini, sulit bagi saya untuk berkreasi dan melakukan kegiatan seperti presentasi secara daring atau berdiskusi tugas dengan teman. Oleh karena itu saya cenderung pasif dalam melakukan kegiatan apapun seperti forum diskusi dan mengikuti kelas daring melalui aplikasi” ucap Afra mahasiswa jurusan Bahasa Inggris UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).
Afra mengungkapkan tidak bisa mencapai keinginannya untuk mendapat nilai bagus di kelas daring karena sangat sulit baginya untuk memahami materi tanpa penjelasan langsung dan sulit untuk memahami materi yang telah disediakan seperti file bacaan atau kuis. Afra berharap kelas luring segera dibuka. Agar mahasiswa dapat berinteraksi secara langsung di kelas luring dan dapat membantu siswa lebih memahami materi dengan mudah.
Rektor UMY telah mempertimbangkan solusi permasalahan di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Solusi ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah perkuliahan online selama pandemi. Dilansir dari situs umy.ac.id, Rektor UMY, Dr.Ir. Gunawan
“Untuk UMY sendiri, kegiatan belajar / perkuliahan tetap akan dilaksanakan sesuai rencana awal, Senin 14 September 2020, dengan skema seperti yang diinformasikan sebelumnya pada acara Sambutan Rektor. Semester ini, perkuliahan dalam mode tatap muka (offline) sebagai materi pendalaman dalam pembentukan keterampilan mahasiswa, namun tetap fokus pada perkuliahan online. Agar tidak terjadi keramaian di kampus, setiap bulan hanya akan ada satu angkatan yang mengikuti perkuliahan offline. Mahasiswa semester 7 akan masuk perkuliahan secara offline terlebih dahulu, kemudian berubah menjadi mahasiswa semester 5 di bulan berikutnya dan kemudian semester 3 di bulan berikutnya,” ujar Gunawan
“Orang tua saya tidak mengizinkan saya untuk kembali melakukan kelas luring. Orang tua saya khawatir membiarkan saya untuk kembali ke Yogyakarta, karena mereka mendengar kabar bahwa beberapa waktu lalu terjadi peningkatan kasus infeksi Corona.” ujar Nina salah satu mahasiswa jurusan Bahasa Inggris angkatan 19 UMY asal Timika, Papua.
Nina menyatakan bahwa kelas luring untuk saat ini adalah pilihan. Siswa dapat memilih kelas luring atau kelas daring, akan tetapi ada batasan untuk mahasiswa. Hanya setengah dari jumlah murid yang dapat bergabung di kelas luring. Nina juga mengungkapkan bahwa mahasiswa yang ingin mengikuti kelas luring harus mendapat izin dari orang tuanya.
“Di saat pandemi, kelas daring adalah pilihan yang terbaik karena hal ini tentunya membantu dalam mengurangi penularan virus Corona” ujar Annisa Ilsanti mahasiswa jurusan pendidikan bahasa inggris
Anisa menambahkan bahwa mahasiswa harus terbiasa dengan belajar mandiri untuk menghadapi kelas daring. Mahasiswa harus mempersiapkan internet yang baik, karena kendala belajar saat pandemi adalah jaringan internet yang kurang stabil untuk mengikuti kegiatan belajar secara maksimal, maka dari itu saya tetap memilih pembelajaran dilakukan secara kelas luring.
Tidak hanya masalah internet, pelajar juga bosan belajar melalui metode kelas daring. Survei dari UNICEF mengenai perasaan pelajar Indonesia mengenai pembelajaran yang dilakukan dari rumah. Survei tersebut menggambarkan bahwa pelajar Indonesia jenuh melakukan pembelajaran secara daring. Dirangkum dari laman U-report Indonesia bahwa 3.949 responden dari 4.019 yang disurvei, 69% siswa merasa bosan selama kurun waktu belajar dari rumah.