Tak terasa musim mangga telah berlalu begitu saja tanpa memberi pamit. Bahkan saya sempat berprasangka buruk, apakah nantinya penghasilan dari usaha sebagai pedagang minuman es akan berkurang?
Namun hal itu terbantahkan, karena usaha saya tetap berjalan seperti biasanya dan penghasilan sehari pun menyamai saat musim kemarau lalu sebelum hujan mengguyur daerah tempat saya berjualan. Mungkin ini dampak dari fenomena El Nino yang banyak diberitakan di berbagai media. Dimana seharusnya Desember ini sudah memasuki musim penghujan tapi nyatanya malah seperti musim panas.
Meskipun demikian, saya tidak boleh terlena begitu saja, karena fenomena ini tidak akan berlangsung lama. Jadi, diperlukan tindakan antisipasi sebelum hujan mengguyur kembali, serta pengembangan usaha agar pendapatan nantinya tidak menurun drastis.Â
Karena otak dan pikiran saya terbatas, alhasil saya pun pergi ke tempat orang tua yang berada di Bekasi untuk berdiskusi terkait usaha saya dan mencari solusi yang tepat. Meski banyak saran yang kuterima, namun hanya beberapa yang sekiranya bisa saya lakukan. Yaitu dengan mengurangi rasa minuman yang kurang laku dan menambahkan produk jualan lain selain minuman es seperti menjual gorengan, fried chicken, dan lain sebagainya.
Saran lain yang paling penting adalah mengikuti perkembangan dengan bergabung menjadi partner dari go-food, grab food, dan shopee food. Ketiganya memang dirasa membantu umkm kecil seperti saya, terlebih saat musim penghujan. Dimana pembeli biasanya malas untuk keluar rumah dan lebih mengandalkan layanan pesan antar seperti itu.
Saat kami sekeluarga masih berdiskusi membahas bagaimana caranya untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha, tiba-tiba datang seorang tamu yang sepertinya merupakan kenalan dari bapak saya.Â
Sambil ikut nimbrung, ia mengungkapkan maksud dan tujuannya saat datang ke rumah kami. Ternyata ia berencana mengoper dan ingin menawarkan tempat jualannya yang berada di dalam kantin sekolahan. Sebab, ia sudah merasa bosan dan capek berjualan, serta ingin beristirahat di rumah.
Tanpa pikir panjang dan bertele-tele, saya lantas menyetujuinya. Saya tahu persis jika berjualan di kantin sekolah itu lebih nyaman dan santai daripada berjualan di pinggir jalan yang harus memutar otak.
Saya beranggapan demikian karena jika berjualan di kantin sekolahan maka pendapatan sehari-harinya bisa diprediksi. Jika satu sekolahan itu terdapat 500 siswa saja dan yang membeli di kantin hanya 200 sampai 300 siswa maka sudah ketahuan hasilnya. Hal ini tentunya berbeda dengan berjualan di pinggir jalan yang tidak dapat diprediksi.
Sehari setelahnya, saya mulai menyiapkan berbagai alat dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk membuka usaha di kantin sekolahan. Meskipun masuk sekolah masih tanggal 8 Januari 2024 mendatang, tidak ada salahnya mempersiapkan segalanya sejak dini.