Pemutusan hubungan kerja atau PHK menjadi momok yang sangat menakutkan bagi setiap pekerja. Efek jangka pendeknya tentu berdampak pada ekonomi keluarga. Namun siapa sangka, jika efek PHK tidak hanya berhenti sampai di situ. Ada juga tekanan batin yang tidak jarang berujung pada pelampiasan terhadap pihak yang lemah, salah satunya anak dan istri.
Efek psikologis dari PHK memang bisa sangat dahsyat dan merugikan. Karyawan yang di-PHK bisa merasa terhina, stres, dan depresi. Tekanan ini kemudian bisa berubah menjadi kekerasan dalam rumah tangga, dimana korban paling sering adalah anak dan istri. Pasalnya, mereka menjadi sasaran pelampiasan emosi karena dianggap paling lemah dan tidak bisa membalas.
Mereka yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan kasih sayang justru mendapatkan kekerasan. Ini jelas merugikan. Jika dalam konteks dunia kerja, hal ini seharusnya bisa dicegah dengan pencegahan PHK yang secara sembarangan.
Saat ini, kasus PHK menjadi fenomena yang menghantui kesejahteraan keluarga. Ketika orang tua kehilangan pekerjaan, maka stres dan tekanan batin akan mulai membayangi. Tekanan batin yang dirasakan bukan saja dari segi finansial, tetapi juga dari rasa cemas, takut, dan depresi.
Sayangnya, dalam banyak kasus, tekanan batin ini berujung pada pelampiasan terhadap siapapun yang ada di sekitar, termasuk anak.
Terlalu sering kita mendengar berita bahwa anak menjadi korban pelampiasan akibat stres dari salah satu orang tuanya. Penganiayaan fisik, psikis, bahkan seksual terjadi pada anak-anak hanya karena orang tua mereka tidak mampu menghadapi tekanan batin. Ini memang menjadi kenyataan yang menyedihkan, sehingga perlu dicegah dan diantisipasi.
Mengatasi tekanan batin setelah PHK bukanlah hal yang mudah. Namun, satu hal yang harus diingat, melampiaskannya pada anak dan istri bukanlah solusi. Seperti yang umum kita ketahui bahwa tekanan batin bisa ditangani dengan berbagai cara seperti melakukan hobi, meditasi, atau bahkan mencari bantuan psikologis. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain, terutama anak.
Anak merupakan individu yang rentan. Pelampiasan emosi negatif pada mereka akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan mereka. Mengalami trauma di usia muda bisa mempengaruhi mereka sampai dewasa. Jadi, sangat penting bagi setiap orang tua untuk menahan diri dan mencari cara yang sehat untuk mengatasi tekanan batin.
Sebagai masyarakat, kita harus saling mendukung dalam situasi sulit seperti ini. Salah satunya adalah dengan membuka ruang diskusi tentang apa yang dirasakan setelah terkena PHK, bagaimana cara mengatasi tekanan batin, dan mana yang merupakan cara terbaik untuk melepaskan emosi. Ada banyak komunitas online atau offline yang dapat membantu kita berdiskusi tentang hal ini.
Penting untuk diingat, anak tidak pernah seharusnya menjadi korban pelampiasan dari stres atau tekanan batin orang tuanya. Mereka memiliki hak untuk hidup aman dan tumbuh dengan sehat. Kita, sebagai orang dewasa, harus berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi dan mendukung mereka.