Di era modern ini, manusia digempur oleh berbagai permasalahan yang dapat mengubah pola fikir mereka dalam menjalai kehidupan. Hal ini sejalan dengan terciptanya revolusi industri 4.0 yang menjadi basic utama yang mempengaruhi mindsite manusia. Fakta tersebut dapat terungkap dengan munculnya innovator-inovator teknologi yang bersaing dalam ruang lingkup globalisasi dengan mengedepankan berbagai ilmu pengetahuan.[1] Fakta lain yang dikutip yakni istilah penggunaan revolusi media sebagai bentuk perumpamaan perkembangan sarana komunikasi dan digitalisasi pada masa sekarang. Â Meski demikian, perkembangan media tersebut tidak akan mengurangi elemen klasik yang telah ada, bahkan hal ini menjadi akses untuk menempuh media secara lebih luas hingga pada masa Nabi saw. Dalam hal lain, umat manusia juga telah meng-upgrade sistem kerja mereka yang awalnya dunia nyata menjadi dunia maya. Salah satu contoh penting dari realita tersebut ialah tranformasi dari kitab tafsir yang berbentuk mushaf menjadi gambar visual yang selain dapat memanjakan mata juga mudah untuk diakses. Selain digitalisasi kitab tafsir tersebut, efek dari revolusi madia ini bagi tafsir yakni munculnya website-website tafsir yang secara umum dapat memudahkan masyarakat umum dalam memahami tafsir dan secara khusus dapat memudahkan mahasiswa ilmu Al-Qur'an dan tafsir dalam memperoleh referensi terkait penafsiran Al-Qur'an. [2]
Â
      Sebagai bukti yang relevan, penulis telah melakukan beberapa wawancara kepada mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Langsa terkait problematika tersebut. Sebagaimana yang tertera dibawah ini:
Â
- Wawancara kepada informan pertama pada tanggal 25 Oktober 2024 yang bernama Rabitah, mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Langsa semester 5. Ia mengatakan bahwa dengan adanya digitalisasi tafsir atau munculnya media tafsir di website-website seperti tafsirweb.com, tafsiralquran.id. tafsir.learn-quran.co dan tafsir kemenag.co.id yang paling terkenal dapat memudahkan mahasiswa dalam mencari referensi, terutama bagi mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan tafsir semester awal yang baru diseduhkan dengan tugas karya ilmiah. Maka tidak dapat lagi dipungkiri, mereka pasti akan mengutip beberapa referensi terkait judul tugas mereka.
- Wawancara kepada informan kedua pada tanggal 26 Oktober 2024 yang bernama Akbar Maulana, mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Langsa semester 3. Dalam wawancara, ia mengemukakan pendapat yang berbeda dengan informan pertama dengan mengatakan bahwa penggunaan website tafsir bagi mahasiswa sangat diperlukan. Karena tidak hanya sebagai referensi dalam tugas karya ilmiah, ia juga berguna ketika mahasiswa sedang melakukan presentasi terkait problematika tafsir yang mana terdapat pertanyaan yang dilontarkan sang penanya kepada sang presentator dan penjelasan tersebut tidak tertera dalam karya ilmiah yang sedang dipresentasikan. Selanjutnya ia mengatakan pendapat yang sama seperti informan pertama yakni dapat digunakan sebagai referensi dalam karya ilmiah.
- Wawancara kepada informan ketiga pada tanggal 02 November 2024 yang bernama Mohammed Razief Dalfa, mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Langsa semester 7. Saat wawancara, beliau mengemukakan secara rinci terkait problematika efektifitas penggunaan website tafsir ini. Beliau mengatakan pada awalnya penggunaan website tafsir sangatlah populer terutama bagi mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT) semester awal dikarenakan selain mudah dipahami, ia juga dapat disearching dengan mudah sehingga tak jarang ditemui dalam makalah-makalah ilmiah pada mahasiswa semester bawah (semester 1, 3 dan 5) yang menggunakan website tafsir ini. Akan tetapi seiring bertambahnya semester dan pengembangan pola fikir, maka website-website tafsir ini tidak lagi dapat ditemui dan tidak dibenarkan dalam penggunaan referensi makalah ilmiah pada semester atas. Karena selain tidak relevan dengan template penulisan karya ilmiah juga banyaknya referensi yang cacat/palsu yang sering dimunculkan dalam website-website tersebut. Berbeda dengan kitab tafsir digital yang sumber primernya berasal dari kitab aslinya. Website-website tafsir ini sedikit banyaknya sering memunculkan penafsiran secara liar yang mengakibatkan kekeliaruan dan kesalahan penafsiran bagi mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir secara khusus.
Â
Dari beberapa wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan website-website tafsir sering digunakan tertama bagi mahasiswa semester bawah dan tidak bagi mahasiswa semester atas dan juga sah-sah saja bagi kita untuk menjadikan ia sebagai referensi baik dalam ruang lingkup akademisi maupun Masyarakat umum. Akan tetapi pentingnya bagi kita untuk teliti dalam memilah dan memilih penafsiran yang ingin kita gunakan agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam menyampaikan ilmu yang kita ajarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H