Mohon tunggu...
Muhammad Fauzan
Muhammad Fauzan Mohon Tunggu... Jurnalis - Dilahirkan untuk berjuang, bukan untuk dibunuh.

Jika politik adalah lautan, maka saya lebih baik menjadi ikan kecil di samudera yang luas. Ketimbang jadi ikan besar di aquarium yang kecil

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Referendum dan Kesiapan Masyarakat Aceh

1 Juni 2019   23:15 Diperbarui: 1 Juni 2019   23:27 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Referendum adalah meminta pendapat masyarakat secara langsung mengenai hal-hal penting dan fundamental yang menyangkut masa depan dan nasib rakyat suatu daerah.  Referendum adalah hak konstitusional rakyat yang mana ada beberapa contoh daerah yang telah melaksanakannya , misalnya pada tahun 1991 ,Bosnia and Herzegovina melaksanakan referendum , mayoritas masyarakatnya lebih memilih untuk pisah dari federasi Yugoslavia

Di Indonesia hal serupa juga pernah terjadi , pada tanggal 30 Agustus 1999 Rakyat Timor timur lebih memilih berpisah dengan negara kesatuan republik Indonesia

keinginan yang dilontarkan oleh ketua DPA partai Aceh dan ketua KPA Aceh, Muzakir Manaf atau yang akrab disapa dengan muallem , pada acara peringatan meninggalnya Hasan Ditiro ,digedung Amel Banda Aceh Senin malam (27/5 lalu) pernyataan yang dibeberkan beliau menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat baik di Aceh maupun nasional.

tokoh aceh
tokoh aceh
Tokoh nasional seperti Ferdinand Hutahean, Tjahyo Kumolo, Wiranto,, Dahnil Anzar Simanjuntak,turut mengomentari tentang wacana Referendum yang muallem utarakan

Ketua KPA Aceh Rayeuk , pernyataan mualem ini dinilai murni sebagai sikap politik atas kondisi kekinian Republik ini yang semakin amburadul

Jadi kenyataan tersebut jauh dari tendensi hasil pilpres 2019, keterlibatan kami dipilpres murni sebagai bentuk perjuangan terhadap politik Aceh, kenapa kami memilih berjuang dengan Prabowo sandi

Karena pasangan ini, membuka celah terhadap posisi tawar politik Aceh kedepan, khususnya pengrealisasikan UUPA (tutur Saifuddin Yahya )

Jika benar referendum dinyatakan, saya berharap kepada elit politik Aceh, tokoh masyarakat, akademisi, pemuda/mahasiswa membersihkan niat , ikhlas terhadap masa depan Aceh

Dan pihak yang berkompeten untuk memfokuskan pada pembicaraan tentang kesiapan Aceh , menyusun konsep negara seperti apakah Aceh nantinya

Jangan hanya menggaungkan Referendum saja , ketika konsepnya sudah matang,maka tawarkan ke masyarakat agar meyakinkan masyarakat kedepannya lebih sejahtera

Jikapun ada yang tidak sepakat, tetapi bagi yang sepakat untuk mempersiapkan langkah dan agenda politik menuju terselenggaranya Referendum jilid 2 ini

Kita memerlukan konspirasi politik internal aceh, melakukan lobi-lobi internasional bahkan mencari dukungan daripada Masyarakat Indonesia agar agenda ini terlaksanakan

Khusus kepada elit-elit politik semoga rasa egoismenya dan kegilaan terhadap kekuasaan yang dapat memecah belah persatuan Masyarakat Aceh, semoga kembali ke prinsip .

Bahwa Referendum ini adalah untuk kepentingan masyarakat

Dan kepada pemerintah pusat , jangan over acting seperti halnya RyamiMentri pertahanan kemarin , yang memberi respon yang seharusnya tidak diucapkan seperti itu ( TNI kesana Dom) dan jangan provokasi Masyarakat pak Mentri

Semestinya persoalan yang kecil hasil perjanjian supaya diselesaikan agar tidak timbul gejolak dikemudian hari , misalnya terkait bendera dan lambang Aceh,tapal batas wilayah Aceh yang merujuk pada peta 1956, pembagian hasil 70/ 30 , sektor perbankan, nilai tukar rupiah, pemberdayaan eks Kombatan GAM dan lainnya.

Masak persoalan selembaran bendera sampai sekarang belum ada kejelasan

Saya selaku anak muda melihat tidak ada niat untuk mengimplementasikan secara menyeluruh hasil dari perjanjian damai ini

"Kalian lupa ,ada nyawa yang hilang dan darah yang tumpah"

Foto AFP
Foto AFP
Kita semua tidak ingin pertumpahan darah,kita semua mencintai kedamaian dan perdamaian,kita bercita-cita pada sebuah penentuan

Biarkan rakyat yang menentukan, karena kedaulatan ditangan rakyat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun