Mohon tunggu...
Muhammad Fatih Al Azzam
Muhammad Fatih Al Azzam Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

Saya pegiat fotografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah 3D Bioprint Solusi Transplantasi Organ

14 November 2023   07:50 Diperbarui: 14 November 2023   08:05 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://blog.bccresearch.com/what-are-the-leading-companies-in-3d-bioprinting

Sebagaimana yang kita ketahui, dunia kedokteran merupakan cabang ilmu yang sangat erat dengan ilmu biologi. Banyak sekali pemanfaatan cabang ilmu biologi pada bidang kedokteran. Keterikatan tersebut terjadi karena ilmu kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang keseluruhan tubuh manusia, mulai dari anatomi, fisiologi, histologi, hingga genetika.

Dewasa ini, para ilmuan sedang mengembangkan salah satu penemuan yang inovatif, yaitu 3D bioprinting. Sebelum masuk pada 3D bioprinting kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu teknologi 3D printing. Sederhananya 3D printing adalah teknologi yang dapat membuat objek tiga dimensi melalui proses komputasi, pada awalnya desainer membuat dulu rancangan objek yang akan diprint pada program komputer, kemudian desain akan dikirim ke mesin print 3D, kemudian mesin print 3D konvensional akan mencetak objek tersebut secara tiga dimensi dengan menggunakan material tertentu.


Nah, sekarang mari kita masuk ke 3D bioprinting. 3D bioprinting pada dasarnya sama saja dengan 3D umumnya, namun yang membedakan adalah bahan untuk mencetak objeknya. Pada 3D bioprinting bahan untuk mencetak menggunakan sel sel hidup yang sesuai dengan objek yang akan dicetak, jadi material yang digunakan sangatlah beragam, tergantung dari objek yang ingin dicetak agar fungsi dari hasil cetakan tersebut dapat berjalan sesuai fungsi aslinya.


Dari penemuan ini, mungkin dapat dikatakan bahwa bidang kedokteranlah yang paling terbantu. Salah satu masalah yang dapat di minimalisir atau bahkan mungkin seiring berjalannya waktu dapat teratasi yaitu transplantasi organ. Masalahnya, banyak sekali penyakit yang membutuhkan transplantasi organ agar penderitanya dapat sembuh, atau setidaknya bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Misalnya para penderita penyakit gagal ginjal kronis yang membutuhkan transplantasi ginjal ataupun penderita jantung koroner yang membutuhkan transplantasi jantung.


Yang membuat transplantasi organ sulit dilakukan salah satunya adalah sedikitnya pendonor organ. Selain sulit mencari orang yang ingin mendonorkan organya, dan terlepas dari biaya yang sangat mahal untuk organ dan operasi transplantasinya, jika ada pendonor belum tentu organya dapat di transplantasikan karena untuk transplantasi organ harus melalui beberapa tes dan syarat. Beberapa syaratnya adalah seperti pendonor tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, usia minimal 18 tahun, golongan darah harus sesuai, dan beberapa syarat lainnya.


Nah, penemuan ini dapat mengatasi permasalahan tersebut terutama masalah sulitnya mencari pendonor karena tindakan ini tidak memerlukan manusia untuk mendonor. Namun setiap inovasi baru yang belum teroptimalisasi pasti memiliki masalah, untuk masalah medis mungkin belum banyak ditemukan karena jumlah orang yang melakukan tindakan ini belum terlalu banyak, namun untuk melakukan transplantasi organ menggunakan 3D bioprint ini pasti dibutuhkan biaya yang fantastis, dilansir dari suara.com untuk transplantasi jantung manusia menggunakan organ jantung asli dibutuhkan biaya sebesar USD 1,38 juta atau setara Rp 19,96 miliar.

Jika untuk jantung manusia saja dibutuhkan biaya yang fantastis, bagaimana dengan inovasi ini, mungkin jika suatu saat teknologi ini sudah masif, biaya akan dapat berkurang, namun untuk sebuah inovasi yang membawa risiko besar pasti biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar. 

Selain dari faktor biaya, ada faktor lain yang salah satunya adalah faktor bahwa ada beberapa orang yang mengangggap tindakan tersebut tidak manusiawi. Menurut Jean-François Lyotard, seorang filsuf dari Prancis, 3D bioprint merupakan cara untuk mengakali batas kehidupan manusia. Memang, pasti selain Jean-François Lyotard banyak orang yang sependapat dengannya. Hal ini disebabkan teknologi ini memproduksi organ yang pada dasarnya adalah kuasa Allah, tetapi pada hal ini dapat diserupai oleh manusia, hal tersebutlah yang mungkin banyak menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat awam.


Namun terlepas dari banyak kontroversi tentang teknologi ini, teknologi ini suatu saat dapat menjadi solusi atas berbagai permasalahan pada bidang kedokteran, yaitu pada saat teknologi ini sudah dioptimalisasikan. Teknologi ini akan menjadi terobosan besar pada bidang kedokteran yang sebagaimana kita tahu banyak sekali penyakit yang membutuhkan transplantasi organ dan ditengah sulitnya mencari pendonor. Optimalisasi merupakan hal yang sangat penting, selain untuk mengoptimalkan fungsinya, optimalisasi juga dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat tentang teknologi ini. Yang mana, pastinya masyarakat masih ragu untuk melakukan sesuatu yang belum teruji ataupun belum optimal.


Nah, dengan adanya inovasi ini diharapkan beberapa penyakit akut yang membutuhkan transplantasi organ dapat diminimalisir risikonya. Tetapi bukan karena ditemukannya inovasi 3D bioprint ini membuat kita semakin tak acuh dengan kesehatan kita. 3D bioprint ini hanya sebagai sarana jika terjadi keadaan yang tidak terduga. Sebagai manusia kita harus tetap menjaga keadaan tubuh kita agar terhindar dari berbagai macam penyakit. Cara menjaganya juga banyak, mulai dari makan makanan sehat dan bergizi, memperbaiki pola hidup, berolahraga secara teratur, dan masih banyak lagi. Jadi tersedianya teknologi ini bukan solusi sepenuhnya melainkan hanya alternatif dari transplantasi organ asli. Maka ada baiknya kita lebih peduli atas kesehatan tubuh kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun