Mohon tunggu...
Muhammad Fathu Ridho
Muhammad Fathu Ridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Gizi Universitas Andalas

Saya adalah seorang mahasiswa aktif di Program Studi Sarjana Gizi dengan antusiasme yang tinggi dalam penulisan ilmiah, bidang public speaking dan pangan. Saya memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan keterampilan ilmiah dan komunikasi saya serta mempelajari pengembangan pangan bergizi. Saya merupakan individu yang tanggap, proaktif, dan dapat bekerja secara efektif dalam tim. Saya memiliki kemampuan organisasi yang baik, selalu bersemangat untuk mempelajari hal-hal baru dan siap untuk menghadapi tantangan baru dalam lingkungan kerja yang dinamis. Dengan kombinasi antara minat saya dalam penulisan ilmiah, public speaking, pengetahuan administrasi umum, dan keahlian dalam keprotokolan acara, saya yakin bahwa saya dapat memberikan kontribusi yang berarti dan menjadi aset yang berharga bagi organisasi atau institusi di mana saya akan berkarir.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penyuluhan dan Edukasi Modifikasi Menu MPASI sebagai Upaya Penanggulangan Stunting di Kelas Ibu Balita Puskesmas Ulak Karang, Kota Padang

3 Juli 2024   23:24 Diperbarui: 3 Juli 2024   23:37 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara berkembang yang berpenghasilan menengah ke bawah dengan angka kejadian stunting cukup tinggi.. Stunting merupakan kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan tinggi badan yang pendek, hal tersebut dapat disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan zat gizi. Faktor penyebab stunting dapat dikelompokkan menjadi faktor penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor langsung penyebab stunting meliputi pemberian ASI, pola konsumsi makanan, dan penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak langsung penyebab stunting meliputi akses dan ketersediaan makanan serta sanitasi dan kesehatan lingkungan (Wulandari et al., 2021). 

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada anak-anak sebesar 37,3% (18,1% sangat pendek dan 19,2% pendek). Kemudian dari data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada anak-anak sebesar 30,8% (19,3% balita pendek dan 11,5% balita sangat pendek). Berdasarkan dari data Riskesdas tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan prevalensi stunting sebesar 6,4% selama kurun waktu 5 tahun terakhir (Hatijar, 2023). Data terbaru pada Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, masih terdapat prevalensi stunting sebesar 21,5%. Walaupun prevalensi stunting mengalami penurunan, tetapi angka stunting di Indonesia tergolong masih cukup tinggi dan harus segera untuk diselesaikan. Maka dari itu, diperlukan upaya yang konkret dan nyata untuk mencegah terjadinya stunting di kalangan masyarakat Indonesia. 

Untuk mengatasi masalah ini, berbagai intervensi dilakukan melalui konseling dan edukasi gizi bagi ibu balita. Edukasi ini menekankan pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi dan cara yang tepat dalam pembuatan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) setelah bayi mencapai usia enam bulan. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman dan motivasi ibu dalam praktik pemberian ASI eksklusif serta pengenalan MPASI dengan benar. Konseling gizi yang diberikan bertujuan untuk menambah pemahaman ibu dalam pemberian makanan kepada anak menjadi lebih baik. Melalui konseling ini, ibu memperoleh pengetahuan mendalam tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal anak. Selain itu, konseling membantu ibu mengidentifikasi faktor risiko stunting dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat melalui perubahan pola makan dan gaya hidup.

Efektivitas kegiatan edukasi ini diukur dengan menggunakan lembar pre-test dan post-test untuk membandingkan peningkatan pengetahuan ibu. Hasil post-test menunjukkan bahwa semua peserta, yaitu tujuh ibu, mencapai kategori pengetahuan yang baik. Peningkatan ini mencerminkan keberhasilan sesi edukasi, mengindikasikan bahwa pengetahuan yang diperoleh ibu-ibu tersebut dapat diimplementasikan untuk mencegah stunting pada anak-anak mereka.

Stunting patut mendapat perhatian lebih karena dapat berdampak bagi kehidupan anak sampai tumbuh besar, terutama risiko gangguan perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani dengan baik. Dampak stunting dalam jangka pendek dapat berupa penurunan kemampuan belajar karena kurangnya perkembangan kognitif. Selain itu, dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas hidup anak saat dewasa karena menurunnya kesempatan mendapat pendidikan, peluang kerja, dan pendapatan yang lebih baik. Selain itu, terdapat pula risiko cenderung menjadi obesitas dan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, dan kanker.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Referensi :

Hatijar, H. (2023). Angka Kejadian Stunting Pada Bayi dan Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(1), 224--229. https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i1.1019

Wulandari Leksono, A., dkk. (2021). Risiko Penyebab Kejadian Stunting pada Anak. Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat: Pengmaskesmas, 1(2), 34--38.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun