Perkembangan zaman telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kemajuan teknologi dimana penggunaan gawai semakin meluas dan kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahun 2019, Indonesia berada pada posisi kelima sebagai negara pengguna terbesar internet di dunia dengan 143,26 juta pengguna. Pengguna internet semakin bertambah setiap tahun, terbukti pada tahun 2020 pengguna internet di Indonesia bertambah menjadi 175,4 juta pengguna. Selain itu, berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) Penjualan gawai khususnya laptop meningkat 35,45% dari 753 ribu unit menjadi 1,02 juta unit dan untuk persentase akses internet melalui berbagai jenis gawai seperti smartphone (96,95%), laptop (15,78%) dan komputer (5,47%). Dengan penggunaan internet melalui berbagai jenis gawai semakin meluas, menciptakan suatu tantangan yang terkait pola penggunaan yang mungkin tidak memperhatikan faktor ergonomis. Pemakaian gawai terutama laptop dalam waktu yang lama dan pemakaian di dalam posisi yang tidak ergonomis akan menimbulkan gangguan kesehatan muskuloskeletal seperti Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan suatu kondisi umum yang disebabkan oleh penyempitan pada saraf median di dalam terowongan karpal. Secara umum, gejala yang akan dialami penderita CTS yaitu nyeri dan kesemutan pada distribusi saraf median, yang meliputi ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan separuh sisi luar jari manis. Nyeri yang dirasakan bersifat seperti terbakar dan ditusuk-tusuk. Selain itu, gejala CTS yang lain dapat berupa rasa sakit pada lengan, tangan menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan, kesulitan dalam menggerakan tangan, terjadinya pembengkakan, kulit menjadi kering dan perubahan warna pada kulit tangan.Â
Terdapat beberapa faktor risiko yang terkait dengan CTS. Faktor risiko tersebut meliputi faktor risiko individu dan faktor risiko pekerjaan. Faktor risiko individu meliputi jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh (IMT) dan riwayat pekerjaan. Sedangkan, faktor risiko pekerjaan berkaitan dengan lama durasi kerja, gerakan tangan repetitif dan postur pergelangan tangan yang janggal. Â Faktor risiko terkait pekerjaan ini dapat terjadi pada mahasiswa karena tuntutan tugas dari dosen mengakibatkan mahasiswa sering beraktivitas di depan gawai terutama laptop dalam waktu yang lama. Penggunaan laptop dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal khususnya CTS akibat workstation yang tidak ergonomis dan didukung oleh perilaku pengguna yang kurang memperhatikan ergonomi saat menggunakan laptop. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Mahasiswa Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro menunjukkan bahwa sebesar 40,7% mahasiswa mengalami CTS pada tangan kiri dan 32,3% pada tangan kanan. Hal ini disebabkan oleh cara bekerja yang tidak ergonomis, pekerjaan yang berulang pada satu tangan dengan durasi yang lama dan faktor penyakit sistemik seperti diabetes dan arthritis.Â
Langkah preventif yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengatasi risiko CTS, yaitu antara lain :Â
Melakukan peregangan tangan dan jari-jari tangan yaitu dengan cara mengepal, membuka dan mengarahkan tangan hingga lurus (ulangi sebanyak 5-10 kali)
Memberikan waktu bagi pergelangan tangan untuk beristirahat (10-15 menit setiap jam)
Menjaga posisi tangan dalam posisi netral (tidak bengkok ke atas maupun kebawah)
Menjaga postur tubuh agar tetap netral dikarenakan postur tubuh yang buruk menyebabkan badan bungkuk dan dapat memperpendek otot leher dan bahu yang memicu saraf leher yang stress dan memperburuk masalah pergelangan tangan.
Menghindari gerakan tangan yang kaku (mengusahakan gerakan tangan yang lembut)
Menggunakan bantalan mouse untuk menjadi penyangga pergelangan tanganÂ
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!