politik dipersepsikan sebagai sinonim dari kekuasaan, korupsi, kebohongan, dan intervensi. Pemahaman ini muncul akibat proses pembodohan politik yang berlangsung selama bertahun-tahun. Politik sering kali dipandang semata-mata sebagai alat untuk mencapai kekuasaan melalui cara-cara manipulatif. Akibatnya, masyarakat, terutama yang kurang terdidik secara politik, cenderung pasif dan mudah dimobilisasi oleh kepentingan pribadi atau jabatan para elite politik.
Dalam kehidupan masyarakat, sering kaliHal ini menyebabkan disintegrasi sosial di mana antar kelompok masyarakat saling bersaing dan konflik karena perbedaan pilihan politik yang dianggap tidak lumrah. Mereka juga tidak dapat secara signifikan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Padahal, proses demokratisasi yang sehat mensyaratkan adanya partisipasi politik yang otonom dari warga negara, yang hanya dapat terwujud jika warga negara cukup terdidik secara politik.
Pendidikan dan Politik: Dua Hal yang Saling Mendukung
Pendidikan dan politik adalah dua aspek yang berbeda namun memiliki tujuan utama yang saling mendukung dalam pembentukan karakter masyarakat di suatu negara. Pendidikan menyangkut proses transmisi ilmu pengetahuan dan budaya, serta perkembangan keterampilan yang membawa perubahan pada individu. Sedangkan politik berkaitan dengan praktik kekuasaan, pengaruh, dan otoritas dalam pembuatan keputusan tentang alokasi nilai-nilai dan sumber daya.
Pengertian Pendidikan Politik
Pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya "Memahami Ilmu Politik", pendidikan politik dan sosialisasi politik sering disamakan dengan istilah "political socialization". Melalui proses ini, masyarakat dapat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan politik harus dilakukan tanpa unsur paksaan, dengan fokus pada upaya mengembangkan pengetahuan (kognisi), menumbuhkan nilai dan keberpihakan (afeksi), dan mewujudkan kecakapan (psikomotorik) warga sebagai individu maupun anggota kelompok.
Memahami Lebih Dalam Konsep Politik dalam Perspektif Marxisme
Dalam sorotan publik, politik seringkali diidentikkan dengan proses pemilihan umum atau pemilu. Namun, pandangan ini mereduksi makna politik secara keseluruhan. Melalui lensa Marxisme, kita dapat menggali konsep politik yang jauh lebih luas, mencakup aspek ekonomi, sosial, dan filosofis. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai politik dari perspektif Marxisme, sebuah pandangan yang melampaui sekadar pemilu.
Politik dalam Perspektif Marxisme
Marxisme, sebagai paham yang berakar pada pandangan Karl Marx, membawa kita pada pemahaman baru tentang politik. Lebih dari sekadar proses pemilihan umum, politik dalam pandangan Marxisme merangkum berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk ekonomi, sosial, dan budaya. Marxisme menawarkan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana kekuasaan, distribusi kekayaan, dan struktur kelas memengaruhi dinamika politik suatu masyarakat.