Mohon tunggu...
Muhammad FaridWajdi
Muhammad FaridWajdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - @muhammadfaridwajdi_

Penulis hanya akan menyajikan pemahaman yang seimbang agar dapat diterima secara luas dan menoleh kearah peradaban masa kini

Selanjutnya

Tutup

Love

Cinta dan Nafsu

20 Juni 2021   06:50 Diperbarui: 20 Juni 2021   06:53 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Apabila cinta itu lahir dari cahaya akal, niscaya yang dicintai adalah perkara-perkara subtansial. Tuhan akan tetap dicintai dan disembah walau surga tidak jadi jaminan para penyembah. Betapa tidak, orang berakal akan berfikir bahwa surga hanyalah bonus yang niscaya ada dalam penyembahan. Ada dan tiadanya surga, tidak akan mempengaruhi kualitas cinta kepada-Nya. 

Mereka menyembah Tuhan agar beroleh tiket makan dan minum yang lebih nikmat dari apa yang ada di dunia, sekamar dengan bidadari cantik rupawan, dan bebas mau menikmati apa saja yang difasilitasi di surga. Sehingga aktivitas-aktivitas duniawi seperti makan, minum dan lain-lain akan dijadikan sebagai sarana untuk meraih kenikmatan-kenikmatan ukhrawi. 

Mereka makan, minum dan lain sebagainya yang berkaitan dengan aktivitas dunia sebagai penambah energi untuk beribadah. Mereka bekerja hanya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Raga mereka bergerak di dunia. Namun, jiwa mereka terbang melewati alam malakut, hingga alam yang lebih dekat pada-Nya. 

Pada intinya, cinta yang bernilai adalah cinta rasional. Mustahil menyatukan dua hal yang berlawanan antara cinta yang lahir dari akal dan cinta yang lahir dari pengetahuan indrawi. Tapi sesungguhnya dengan melalui ciptaan, kita bisa mengenal betapa hebattnya Si Pencipta. Tentu para pecinta rasional tidak membenci ciptaan dan hanya mencintai pencipta. 

Mereka juga mencintai ciptaan seperti harta, tahta dan pasangan hidup. Tapi, bukan untuk dimensi materi ketiganya. Mereka mencintai ciptaan sebagai wujud keindahan Tuhan yang terpancar pada ciptaan-Nya. Dalam kalimat sederhana, mereka yang mencintai ciptaan, hanya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Wujud Nirbatas, dan juga sebagai akibat dari kecintaan pada pencipta. 

Sebagai kalimat terakhir, landasilah cinta anda dengan cahaya akal agar anda tidak dibodohi oleh cintamu. Cinta tanpa akal adalah kebodohan yang dibuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun