lomba panjat pinang dan makan kerupuk. Gugatannya memang tidak mengganggu meriah dan semaraknya perayaan Hari Kemerdekaan. Akan tetapi, gugatan tersebut mengusik pikiran seorang panitia. Sementara semua siswa mengikuti berbagai perlombaan, seorang panitia hanya termenung memikirkan gugatan itu. Dia pun terdiam di tengah ramainya perayaan Hari Kemerdekaan.
Dengan gayanya yang sudah masyhur, beliau menunjukkan sikap tidak suka terhadap "Kalian tau ga sih kalau lomba panjat pinang itu awalnya dibuat oleh penjajah, orang Belanda. Para penjajah itu ingin mempermainkan orang kita. Karena masyarakat kita sedang kelaparan, orang Belanda sengaja buat panjat pinang. Mereka senang melihat orang-orang kita berjatuhan saat ingin menggapai makanan di puncak pinang. Jadi, pelestarian panjat pinang berarti pelestarian tradisi para penjajah. Demikian pula dengan lomba makan kerupuk." kata guru tersebut kepada panitia dan peserta lomba yang sedang asyik menyaksikan ramainya perlombaan.
Sebagian besar siswa mengacuhkan beliau. Mereka tahu bahwa beliau memang seringkali cerewet terhadap berbagai hal. Karena beliau menggugat dengan gaya cerewet, banyak yang menyepelekan gugatan beliau itu. perlombaan pun tetap berjalan sesuai rencana panitia.
Sementara matanya melihat teman-temannya yang sedang berjuang menggapai puncak pinang, pikirannya ramai. Hanya dia yang merasa ada yang sesuatu yang aneh. Pikirannya sangat ramai dengan pertanyaan mengenai kebenaran. "Apakah lomba panjat pinang memang diciptakan oleh penjajah?" kata batinnya.
Beberapa pertanyaan mulai mendesak, seolah meminta hak untuk dijawab. Namun, apalah daya seorang panitia yang tidak mengetahui sejarah. Kebenaran mengenai sejarah panjat pinang belum dia ketahui. Dia berpikir bahwa mungkin saja guru yang menggugat itu korban artikel bodong di internet, sebagaimana dirinya yang sering menjadi korban artikel bodong di internet.
Persoalan sejarah panjat pinang dapat diperoleh dengan membaca referensi yang terpercaya. Guru sejarah sangat layak untuk memaparkan persoalan tersebut, bukan guru bahasa Inggris. Guru sejarah lebih memahami cara menentukan kebenaran berita yang diklaim sebagai sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H