Peran Manajemen Puncak dalam Implementasi Business Intelligence di Perbankan
Business Intelligence and Analytics (BIA) telah menjadi fondasi penting dalam pengambilan keputusan strategis di berbagai industri, terutama sektor perbankan. Penelitian terbaru oleh Mohammed et al. (2024) menunjukkan bahwa penerapan BIA di industri perbankan Yordania menghadapi tantangan signifikan meski potensi manfaatnya sangat besar. Dalam konteks persaingan global yang semakin ketat dan digitalisasi yang pesat, bank harus mengadopsi BIA untuk meningkatkan efisiensi operasional, memberikan pengalaman pelanggan yang lebih personal, serta mengelola risiko dengan lebih baik. Studi tersebut menganalisis bagaimana faktor teknologi, organisasi, dan lingkungan berkontribusi terhadap adopsi BIA, serta peran pengalaman kerja karyawan dalam memoderasi pengaruh faktor-faktor tersebut.
Menurut data dari penelitian tersebut, sebanyak 72,6% responden memiliki latar belakang pendidikan setara sarjana atau lebih tinggi, dengan 61,4% di antaranya adalah laki-laki. Ini menunjukkan bahwa tenaga kerja di sektor perbankan Yordania umumnya terdidik dan berpengalaman. Namun, masih ada kendala dalam mengoptimalkan penggunaan BIA, salah satunya adalah kurangnya pelatihan yang memadai bagi karyawan. Dalam penelitian tersebut, sebanyak 39,7% responden memiliki pengalaman kerja antara 5 hingga 9 tahun, yang seharusnya cukup untuk memahami dan memanfaatkan teknologi BIA, tetapi masih ada kesenjangan dalam adopsi penuh teknologi ini.
Hal ini semakin menunjukkan betapa pentingnya dukungan manajemen puncak dan kesiapan organisasi dalam implementasi teknologi baru. Dukungan ini diperlukan agar bank tidak hanya melihat BIA sebagai alat teknis, tetapi juga sebagai aset strategis yang dapat memberikan keunggulan kompetitif di industri yang dinamis seperti perbankan.
Penelitian oleh Mohammed et al. (2024) mengungkapkan bahwa faktor teknologi, organisasi, dan lingkungan memiliki dampak signifikan terhadap penggunaan Business Intelligence and Analytics (BIA) di sektor perbankan Yordania. Dari segi teknologi, temuan penelitian menunjukkan bahwa 78% responden menyatakan bahwa infrastruktur data dan tantangan manajemen data adalah hambatan utama dalam penerapan BIA. Salah satu faktor yang paling krusial adalah "kapabilitas infrastruktur terkait data" yang, menurut hasil survei, memegang pengaruh besar ( = 0.333, t = 4.788) terhadap penggunaan BIA. Bank-bank yang tidak memiliki infrastruktur data yang kuat akan kesulitan dalam mengelola volume besar data nasabah, terutama dengan meningkatnya kebutuhan akan analisis real-time dan data-driven decision-making.
Dari sisi organisasi, dukungan manajemen puncak juga dinyatakan sebagai kunci keberhasilan implementasi BIA. Penelitian ini mencatat bahwa 55,6% responden bekerja pada level staf, sedangkan 11,9% adalah manajer. Namun, hanya dengan dukungan manajemen puncak yang strategis, seperti yang dinyatakan oleh 32,4% responden ( = 0.324, t = 7.050), implementasi BIA dapat benar-benar membawa perubahan berarti dalam operasional bank. Artinya, peran manajemen tidak hanya untuk memastikan adanya alat teknologi, tetapi juga harus menciptakan lingkungan kerja yang mendukung budaya pengambilan keputusan berbasis data.
Faktor lingkungan seperti kepatuhan terhadap regulasi dan dukungan eksternal juga tidak bisa diabaikan. Dalam penelitian tersebut, regulasi dan kepatuhan hukum berkontribusi signifikan terhadap adopsi BIA, dengan nilai pengaruh = 0.402 (t = 5.735). Bank menghadapi tekanan dari pasar dan regulasi untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi operasional. Terlebih lagi, dukungan eksternal seperti kemitraan dengan vendor teknologi memainkan peran penting dalam mengatasi keterbatasan internal, terutama di bank yang kekurangan ahli di bidang BIA. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengaruh dukungan eksternal ( = 0.297, t = 5.087), yang menegaskan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi tantangan teknis dan manajerial.
Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti bahwa tantangan adopsi BIA tidak hanya bersifat teknis tetapi juga mencakup dimensi organisasi dan lingkungan. Keterlibatan manajemen puncak, kesiapan infrastruktur data, serta kepatuhan regulasi menjadi kunci dalam keberhasilan implementasi BIA.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohammed et al. (2024) menegaskan bahwa adopsi Business Intelligence and Analytics (BIA) di sektor perbankan Yordania sangat dipengaruhi oleh kombinasi faktor teknologi, organisasi, dan lingkungan. Untuk mencapai manfaat optimal dari BIA, bank harus memiliki infrastruktur teknologi yang memadai, dukungan manajemen puncak yang kuat, serta kepatuhan terhadap regulasi. Pengalaman kerja karyawan juga berperan dalam memoderasi hubungan antara faktor-faktor ini, memperkuat kemampuan mereka untuk menggunakan BIA secara efektif.
Di masa depan, bank harus berinvestasi lebih dalam pada pelatihan dan pengembangan karyawan guna meningkatkan pemahaman tentang sistem BIA. Dukungan eksternal, seperti kolaborasi dengan vendor teknologi, juga sangat penting untuk membantu organisasi menghadapi tantangan teknis. Dengan pendekatan holistik yang melibatkan semua aspek ini, bank tidak hanya dapat memanfaatkan BIA untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, tetapi juga memperoleh keunggulan kompetitif yang signifikan di industri perbankan yang terus berubah.