Mohon tunggu...
Muhammad Fajri
Muhammad Fajri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Islamic Philosophy

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ruang dan Tempat

17 Maret 2023   08:00 Diperbarui: 17 Maret 2023   08:00 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hal yang terdengar berbeda namun sama, layaknya air dan es, api dan lava, aku dan kamu. Tidak semua tempat memiliki ruang, dan tidak semua ruang ada tempatnya. Yang dimaksud di sini adalah dimana ruang untuk berdiskusi meluangkan aspirasi keresahan dan kesedihan juga kebahagiaan, dan tempat disini bersifat materi yaitu apakah tempat itu pantas untuk menjadi ruang. Apakah Mekkah pasca kenabian pantas untuk menyebarkan KeTauhidan dengan gamblang atau lautan samudra yang luas pantas untuk bertani menanam padi untuk menjadi sumber bagi pribadi-pribadi hewani. 

Kesalah pahaman terhadap dua hal ini mengalami jatuhnya ksatria langit ke palung-palung yang dalam, dan menjadikan hewan-hewan tak berakal menduduki tahta yang menjadi merana. Kita sebagai insan yang memiliki akal harus bisa proporsional menempatkan diri dan membaca apakah kita bisa membuka luka di tengah lautan hiu, dan memberi makan daging terhadap binatang herbivora. Dari sini juga menjadi keberlangsungan dan kesuksesan dari setiap peradaban manusia di belah bumi manapun, peradaban manusia yang maju adalah mengetahui ruang dan tempat yang proporsional. Dimana kamu bisa memberi cahaya dan dimana kamu bisa duduk dengan leha-leha, contohnya Masjid Rasulullah di Madinah itu terhitung kecil secara tempat namun secara ruang itu menjadi ruang terbesar lebih besar dari pada 7 langit keatas dan 7 tanah kebawah. 

Masjid Rasulullah menghasilkan berbagai produk secara teoritis maupun praktis diberbagai ruang, baik secara potensi maupun aktual. Memiliki tempat yang besar bukan berarti akan menghasilkan produk yang besar, bukan berarti memiliki ruang yang besar. Berapa banyak tikus-tikus yang duduk di sebuah goa-goa mewah dan hanya menghasilkan belatung-belatung terhadap rakyat, dan ada warung-warung kopi yang kecil yang menghasilkan cahaya-cahaya harapan bagi insan-insan yang nestapa.

Ruang dan Tempat juga terikat oleh waktu, selain bisa menanamkan padi-padi di tanah subur dan tidak menebar bibit-bibit kehidupan di awan. Kita harus mengetahui kapan kita bisa mengajak orang untuk berjuang, kapan kita bisa menyelam ke lautan dalam untuk bisa menghasilkan mutiara-mutiara yang cemerlang. 

Ruang dan tempat menjadi sangat penting dan optimal bila kita barengi dengan waktu yang tepat, kita bisa tau kapan dan dimana kita bisa menyahutkan aspirasi-aspirasi dari jiwa-jiwa yang membara. Betapa banyak kita pergi dari timur ke barat, dari andalusia ke persia, dari romawi ke betawi, dari byzantium ke emperium ottoman dan sering kali kita takut akan menunjukkan air mata, tawa, dan bahkan kemarahan. Kita kebingungan atau bahkan merasa bersalah karena berada di ruang yang salah dan tempat yang salah, menganalisa semua itu menjadi kunci untuk mengaktual secara sempurna sebagai manusia.

Terkhusus pada era modernisasi dan digitalisasi, dimana manusia secara tidak sadar seakan-akan hilang akan ruang dan tempat. Tidak tau dimana, kapan, kepada siapa harus berbicara dan mengutarakan nestapa serta suara. Yang pada akhirnya potensi yang kita miliki hanya menjadi buah-buah yang menjadi basi, jatuh dari pohon-pohon surga ke atas tanah yang tiada harganya. Bahkan pada hari ini buah-buah itu dianggap menjadi kotoran oleh hewan-hewan yang tidak tahu akan ruang dan tempat. Sehingga semangat kita akan menyempurna menjadi lebur, menurunnya minat manusia akan menyempurna disebabkan oleh iblis-iblis yang menjelma bak manusia yang sempurna. Yang tujuannya memang menjadikan manusia sebagai robot-robot semata yang bisa dikendalikan dengan penuh tanpa sadar. 

Betapa banyak juga manusia yang berada dalam kegelapan dengan jiwa-jiwa yang gelisah untuk menemukan cahaya namun tidak ada kendaraan atau alat untuk mencapai cahaya tersebut, karena terlalu banyak yang tenggelam dan tidak mengenali waktu dan tempat.

Mengetahui ruang dan tempat dengan benar membawa kita kepada kebenaran dan menjadi manusia yang lebih sehat, kita bisa menemukan ruang kita apabila kita bisa menganalisa dengan baik di semua tempat. Pada akhirnya ruang dan tempat selalu menjadi peran terbesar terhadap peradan manusia entah lebih baik atau lebih buruk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun