Mohon tunggu...
Muhammad FaizRayyan
Muhammad FaizRayyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - PGSD Universitas Pelita Bangsa

Saya seorang mahasiswa aktif yang memiliki hobi membaca dan menyukai sneakers

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa Universitas Pelita Bangsa Memimpin Trend dengan Pakaian Adat

20 Januari 2024   09:26 Diperbarui: 20 Januari 2024   09:30 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa PGSD Universitas Pelita Bangsa memakai pakaian adat Jawa Barat (dok. pribadi)

Dalam kaitannya dengan peraturan Permendikbud Ristek Nomor 50 tahun 2022 yang menetapkan pakaian adat sebagai seragam sekolah dari SD hingga SMA, Program Studi PGSD Universitas Pelita Bangsa tampil sebagai pionir dalam melestarikan budaya melalui gaya dan keanggunan seragam pakaian adat daerah. Setiap hari Rabu untuk mahasiswa PGSD kelas Reguler, dan Sabtu untuk kelas Weekend, kewajiban memakai pakaian adat Jawa Barat, yaitu Kebaya dan kain batik bagi perempuan serta Pangsi bagi laki-laki, menjadi langkah konkret dalam menyulam masa depan yang kaya akan tradisi.

Kebaya dan Pangsi, sebagai pakaian adat khas Jawa Barat, bukan hanya seragam harian, keduanya memiliki makna mendalam. Kebaya melambangkan fleksibilitas wanita yang dapat menyesuaikan diri dengan lemah lembut dan luwes dalam berbagai situasi. Ini adalah simbol kesederhanaan, keanggunan, kelembutan, dan ketangguhan perempuan Indonesia. Sejalan dengan namanya "Wanita" Wani Ing Tata atau perempuan yang paham tata krama.

Di sisi lain, Pangsi, yang sebenarnya adalah pakaian bagian bawah, memiliki makna "Tangtu" atau pendirian yang kuat, "Nangtu" atau teguh, dan "Samping" atau rendah hati. Meskipun awalnya hanya merujuk pada bagian bawah pakaian, masyarakat secara umum menyebutnya sebagai pakaian adat khas Jawa Barat secara keseluruhan.

Makna dari kedua pakaian adat ini membuka wawasan mahasiswa PGSD Universitas Pelita Bangsa terhadap kekayaan budaya lokal dan mencerminkan sifat-sifat yang dihargai dalam dunia pendidikan. Seperti makna dari kebaya yang mengajarkan kesederhanaan, keanggunan, kelembutan, dan ketangguhan, sifat-sifat ini menjadi kriteria utama seorang pengajar yang berhasil. Begitu pula, pangsi mengajarkan "teguh pendirian" dalam mengajar, menekankan konsistensi dan ketegasan dalam mempertahankan prinsip-prinsip dan nilai-nilai.

Mahasiswa PGSD Universitas Pelita Bangsa tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga membuka wawasan akan kebudayaan lokal. Menggunakan pakaian adat daerah sebagai seragam kampus bukan hanya menjadi tanda identitas, melainkan juga cara yang indah untuk membuka mata mahasiswa terhadap keberagaman budaya. Tindakan ini tidak hanya mempromosikan keberagaman, tetapi juga menjadi sumber kebanggaan bagi mahasiswa terhadap warisan budaya mereka sendiri.

Pentingnya melestarikan budaya dalam pendidikan adalah kunci untuk membentuk pemimpin masa depan yang bijaksana, toleran, dan berpikiran terbuka. Mahasiswa PGSD, sebagai agen perubahan positif, memiliki peran krusial dalam mempromosikan keberagaman budaya dan melestarikan warisan nenek moyang. Dengan menghargai dan merayakan keberagaman budaya, mahasiswa bukan hanya menimba ilmu, tetapi juga menjadi penjaga kearifan lokal yang mampu menyatukan perbedaan. Melalui pendidikan yang mencintai dan menghormati keberagaman budaya, mahasiswa membuka pintu menuju masa depan yang penuh makna, kebijaksanaan, dan harmoni sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun