Mohon tunggu...
Muhammad Faizal
Muhammad Faizal Mohon Tunggu... Sejarawan - Universitas Siliwangi

Saya, Muhammad Faizal, adalah seorang mahasiswa Pendidikan Sejarah di Universitas Siliwangi yang selalu bersemangat dan penuh semangat dalam mengejar cita-cita saya. Saya memiliki minat yang besar pada sejarah dan kultural Indonesia dan selalu mencari tahu lebih banyak tentang sejarah dan budaya Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cengkareng: Sebuah Perjalanan Menyusuri Sejarah dan Perubahan

17 Maret 2023   23:20 Diperbarui: 17 Maret 2023   23:36 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cengkareng, sebuah wilayah kecamatan di Jakarta Barat, erkenal dengan padatnya dan kegiatan sehari-hari yang sibuk. Namun, tahukah kamu bahwa Cengkareng dulunya hanyalah hamparan tanah luas berupa rawa dan sawah?

Berabad-abad yang lalu, sebelum pembangunan memenuhi wilayah tersebut, beberapa nama wilayah di Cengkareng diberi nama sesuai dengan nama pohon dan rawa yang menghiasi daerah tersebut. Tak heran beberapa nama wilayah di Cengkareng diberi nama seperti Rawabuaya, Rawa Bengkel, Rawa Bebek, Rawa Keramas, dan Rawa Kencan. Selain itu, dulu wilayah Cengkareng juga diteduhi rerimbunan pohon sehingga tak heran beberapa nama mengacu pada nama pohon seperti Kapuk, Bambu, Larangan, Hutan Jati, dan Duri Kosambi yang diambil dari nama pohon Kesambi.

Pada masa lalu, Cengkareng belum banyak memiliki bangunan karena berada di wilayah ommelanden atau luar kota Batavia. Tanah di luar wilayah Batavia pada masa lalu dikuasai oleh pejabat VOC. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada rumah di Cengkareng pada masa lalu. 

Sejak tahun 1762, Michiel Romp  telah membangun Landhuis Cengkareng yang menjadi rumah paling mewah dan megah pada zamannya. Rumah yang dibangun dalam tempo tiga tahun itu kemudian ditempati oleh Michiel Romp dan Istrinya. Hamster Petronela Romp. Putri Michelle Romp yang menjadi arsitek rumah tersebut. Terakhir, rumah itu ditempati oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di bawah komando Letkol Singgih dan rusak berat saat dibombardir.

Pada tahun 1950, Presiden Republik Indonesia Serikat, Soekarno, memasukkan wilayah Cengkareng yang dulunya bagian dari onderdistrict Tangerang menjadi bagian dari DKI Jakarta. Ratusan tahun berlalu dan pembangunan telah mengubah wajah Cengkareng menjadi wilayah yang padat. Misalnya, masjid An-Nur Cengkareng yang cukup bersejarah terkena proyek jalan hingga terpaksa harus mundur dari perempatan lampu merah kedua Cengkareng. Wilayah Cengkareng juga semakin bertambah luas seiring dibangunnya jembatan Cengkareng yang menghubungkan wilayah Cengkareng Timur dan Rawa Buaya.

Hari ini, Cengkareng sudah menjadi sebuah kota kecil di Jakarta Barat yang ramai dengan hiruk-pikuk manusia yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Beberapa pembangunan juga telah dibangun, seperti flyover yang melintas di atas kedua perempatan Cengkareng. Meskipun begitu, sejarah Cengkareng tetap dapat diingat dan dikenang dengan adanya beberapa bangunan bersejarah dan juga beberapa nama wilayah yang masih diambil dari nama-nama pohon atau tanah yang dulunya ada di wilayah tersebut.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun