Mohon tunggu...
Muhammad Fahruddin
Muhammad Fahruddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Menulis merangsang pemikiran, jadi jika kamu tidak bisa memikirkan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahaya Pencemaran Air bagi Keberlangsungan Makhluk Hidup di Bumi

4 Juni 2021   09:25 Diperbarui: 4 Juni 2021   09:41 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Air termasuk dalam salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kelanjutan kehidupan semua makhluk hidup di muka bumi. Tanpa adanya air, semua makhluk hidup baik manusia, tumbuhan, maupun binatang akan sulit untuk bertahan hidup. Dua per tiga dari permukaan bumi adalah air. Bahkan tubuh manusia terdiri atas 85% air sehingga akan mengalami dehidrasi jika kekurangan air. 

Hewan membutuhkan air untuk minum dan ada juga yang membutuhkan air untuk tempat berlangsungnya hidup. Sedangkan tumbuhan membutuhkan air untuk berfotosintesis dan tempat hidup. Terlihat sangat mudah untuk mendapatkan air di bumi.

Namun, pernahkah kita berpikir jika air di bumi itu tidak semuanya bersih dan cocok untuk diminum? Jawabannya tentu tidak. Karena ada banyak hal penyebab pencemaran air terjadi, salah satunya akibat dari ulah tangan nakal manusia. Contohnya seperti membuang limbah industri secara langsung ke sungai atau laut tanpa harus melewati proses filtrasi, membuang sampah sembarangan di sungai dan penebangan pohon dengan sembarangan tanpa melalui perizinan yang berlaku.

Sama halnya seperti di dalam Novel Anak Bakumpai Terakhir karya Yuni Nurmalia yang menceritakan tentang kerusakan lingkungan di daerah pedalaman Kalimantan yang dulunya banyak pepohonan kini telah berubah menjadi sarang bencana, salah satunya pencemaran air. Novel ini menceritakan tentang kearifan lokal dan menggunakan alur yang sangat menarik. 

Menceritakan sebuah perjuangan dalam mempertahankan keaslian garis keturunannya. Aruna sebagai tokoh utama dalam cerita ini, seorang anak perempuan bersuku Dayak Bakumpai yang berasal dari pedalaman Kalimantan. Dan dia sebagai satu-satunya harapan bagi nenek moyangnya untuk mempertahankan keaslian garis keturunan dari suku Bakumpai karena hanya dia seorang yang masih memiliki kemurnian darah suku Bakumpai.

Keindahan alam Barito bagaikan surga petualangan bagi Aruna. Semasa kecilnya ia habiskan dengan menyusuri hutan. Mencari sarang burung walet dengan kakeknya, bermain dengan macan tutul yang bernama kumbang dan sudah ia rawat sedari kecil, sampai melawan para bandit ketika di tengah hutan saat ingin memastikan hutan aman dari kebakaran saat musim panas. 

Namun, semua berubah saat orang-orang rakus mengeksploitasi kekayaan alamnya. Mereka membabat habis hutan yang semula angker menjadi padang pasir yang sangat luas. Ratusan hektar hutan rusak. Limbah pertambangan batubara dan emas menjadikan lingkungannya seperti di neraka. Kemudian ratusan penduduk terkena penyakit gatal-gatal karena penyakit kulit yang sudah parah. Air sebagai kebutuhan utama bagi mereka dan telah tercemari oleh limbah tailing yang mematikan.

Pembuangan limbah industri ke sungai atau ke laut tanpa melalui proses filtrasi dapat memberikan dampak yang sangat fatal. Saat ini, banyak pemilik pabrik yang membangun pabrik-pabrik dengan sesuka hati tanpa memikirkan bagaimana membuang limbah pabrik mereka sebagaimana mestinya. Padahal pemerintah sudah memberikan anjuran sekaligus peraturan untuk mengolah limbah yang akan dibuang dengan benar ketika ingin meminta izin untuk perizinan membangun pabrik di suatu daerah. 

Banyak dari para pemilik pabrik yang berpikir jika membuang limbah di sungai atau laut maka akan selesai. Menurut orang-orang yang membuang limbah secara ilegal tersebut, membuang limbah dengan memfiltrasi hanya akan menambah biaya dalam proses kegiatan produksi karena alat yang digunakan untuk filtrasi bukanlah alat yang murah. Belum lagi biaya produksi yang dikeluarkan juga sangat banyak. Sedangkan perolehan keuntungan masih sedikit. Dan masih belum terhitung biaya yang hilang jika mengalami kerugian. 

Kemudian, dalam proses filtrasi limbah waktu yang dibutuhkan tidak sebentar dan ada jalur prosesnya. Hal tersebut membuat kinerja para karyawan di pabrik terhambat. Dan apabila menambah karyawan akan membuat biaya pengeluaran bertambah kembali. Jadi pembuangan limbah yang melalui proses filtrasi hanya membuang biaya dan waktu.

Tanpa mereka sadari bahwa dalam limbah yang dibuang terdapat banyak zat yang akan mencemari air dan berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia, hewan, maupun berfotosintesis pada tumbuhan. Biasanya air yang tercemar akan berubah, baik dari segi warna, bau dan lainnya. Air yang tercemar ditandai dengan warnanya yang gelap, berbau, menimbulkan gas, mengandung bahan organik yang tinggi, kadar oksigen terlalu rendah, matinya kehidupan di dalam air seperti ikan dan air tidak bisa lagi digunakan untuk bahan baku air minum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun