Mohon tunggu...
MUHAMMAD FADLAN
MUHAMMAD FADLAN Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Hidup simpel-simpel aja

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepemimpinan Berdasarkan Perasaan: Antara Kedekatan dan Aturan

22 Juni 2023   09:23 Diperbarui: 22 Juni 2023   09:26 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam dunia kepemimpinan, terdapat berbagai pendekatan yang digunakan oleh pemimpin dalam mengambil keputusan. Salah satu pendekatan yang menarik perhatian adalah ketika seorang pemimpin mengambil kebijakan berdasarkan perasaan dan kedekatannya terhadap bawahan, bukan semata-mata berdasarkan aturan dan tugas. Artikel ini akan mengeksplorasi fenomena ini dengan mempertimbangkan dampaknya dalam konteks kepemimpinan. 

Seorang pemimpin yang mengambil keputusan berdasarkan perasaan dan kedekatan dengan bawahan seringkali memiliki hubungan yang erat dan empati yang mendalam terhadap mereka. Pemimpin semacam ini cenderung memperhatikan kebutuhan dan keinginan individu, serta mempertimbangkan faktor-faktor pribadi dalam pengambilan keputusan. Mereka mungkin memberikan penghargaan dan pengakuan secara personal, menciptakan iklim kerja yang nyaman, dan mencoba membangun hubungan tim yang solid.

Pendekatan berdasarkan perasaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang penuh dengan rasa kebersamaan dan dukungan timbal balik antara pemimpin dan bawahan. Ini dapat menghasilkan semangat kerja yang tinggi, keterlibatan yang lebih besar, dan peningkatan produktivitas. Ketika bawahan merasa didengarkan dan dihargai, mereka cenderung merasa lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan mereka. Selain itu, pemimpin semacam ini dapat membangun tim yang solid, dengan tingkat kepercayaan dan kolaborasi yang tinggi di antara anggota tim. 

Meskipun pendekatan berdasarkan perasaan dapat memiliki banyak manfaat, terdapat juga keterbatasan dan tantangan yang harus diperhatikan. Ketika kebijakan diambil berdasarkan perasaan semata, ada kemungkinan bahwa keputusan yang diambil tidak selalu berdasarkan pertimbangan objektif atau aturan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakadilan dan ketidakseimbangan dalam perlakuan terhadap individu di dalam tim. Selain itu, jika seorang pemimpin terlalu terikat pada perasaan pribadi, mereka mungkin kesulitan dalam mengambil keputusan sulit atau menghadapi konflik yang muncul dalam lingkungan kerja. 

Dalam kepemimpinan yang efektif, penting untuk mencapai keseimbangan antara kebijakan yang berdasarkan aturan dan tugas, serta memperhatikan perasaan dan kedekatan dengan bawahan. Seorang pemimpin yang bijaksana akan mengintegrasikan pandangan pribadi dan kepentingan tim dalam pengambilan keputusan. Mereka akan mengembangkan kebijakan yang didasarkan pada aturan dan tujuan organisasi, sambil tetap menghargai dan memperhatikan perasaan serta kebutuhan individu di dalam tim. Dalam hal ini, pemimpin perlu mengkomunikasikan secara jelas aturan dan tugas yang harus diikuti oleh semua anggota tim, tetapi juga memberikan ruang bagi perasaan dan pendapat mereka. 

Pemimpin yang efektif akan melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi mereka. Mereka akan mengadakan diskusi terbuka dan mendengarkan masukan dari seluruh tim. Dengan demikian, pemimpin dapat mengambil keputusan yang mempertimbangkan aturan dan tugas yang ada, tetapi juga memperhatikan perasaan dan pengalaman bawahan. 

Selain itu, pemimpin yang menggabungkan kedekatan dengan aturan juga dapat menciptakan kebijakan yang fleksibel dan adaptif. Mereka mampu menyesuaikan aturan yang ada ketika diperlukan, untuk memenuhi kebutuhan tim dan situasi yang berubah. Dalam hal ini, pemimpin menjadi fasilitator yang mengarahkan tim menuju pencapaian tujuan organisasi, sambil memastikan kepuasan dan kesejahteraan anggota tim. 

Dalam kepemimpinan, mempertimbangkan perasaan dan kedekatan dengan bawahan dalam pengambilan keputusan memiliki manfaat yang signifikan dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan bermakna. Namun, penting juga untuk menjaga keseimbangan dengan aturan dan tugas yang ada, sehingga keputusan yang diambil tetap adil dan objektif. Seorang pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu mengintegrasikan kedua aspek ini, menciptakan hubungan yang baik dengan bawahan sambil tetap mempertahankan fokus pada tujuan organisasi.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun