Mohon tunggu...
Muhammad Faathir Al Akbar
Muhammad Faathir Al Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Saya minta pada bidang politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonenglish Perkembangan Atau Kehancuran?

24 September 2024   13:10 Diperbarui: 24 September 2024   13:17 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   Esai ini dibuat untuk menanggapi karya tulis yang berjudul, 'Sensasi Indonenglish Vs Pemajuan Kebudayaan'. Karya B.J Sujibto Dosen Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam karya ini, disebutkan bahwa bahasa Indonesia sedikit demi sedikit sedang terkikis dengan adanya perkembangan budaya Indonenglish atau mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. 

Penyebab utama dari adanya pencampuran bahasa ini, jika dikutip dari karya tersebut yaitu, captive mind konsep dari Syed Husein Alatas seorang sosiolog kelahiran Bogor, yang mana konsep captive mind diambil dari karyanya yang berjudul Mitos Pribumi Malas (1977).

   Indonenglish atau lebih populernya bahasa 'jaksel' adalah cara berkomunikasi yang gaul menurut kalangan Milenial, Gen Z maupun Gen Alpha sekarang di Indonesia, terutama populernya di Jakarta Selatan. Secara historis, praktik mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris sudah ada sejak awal tahun 2000-an melalui televisi, media digital, dan dari mulut ke mulut. 

Sehingga, kafe-kafe dan warung-warung di Indonesia banyak yang menggunakan bahasa Inggris sebagai alat penglaris dagangannya. Contohnya yaitu seperti larisnya makanan yang warungnya menggunakan kata fried chicken daripada ayam goreng. Tapi, apakah benar semua ini adalah tentang captive mind?

Captive Mind

   Konsep captive mind yang dapat saya pahami, kondisi mental seseorang yang terkurung terhadap ideologi ataupun sistem dari kolonialisme dimasa lalu, sehingga membuat masyarakat sulit untuk berpikir kritis. 

   Dikarya ini kurang tepat jikalau dikatakan, kebudayaan Indonesia takluk, tergantikan secara sporadik dan ugal-ugalan oleh kebudayaan luar.

Kenapa begitu?

   Saya melihat fenomena Indonenglish ini sebagai fenomena yang biasa terjadi di setiap negara. Bahkan, Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris mempunyai bahasa gaul yang mencampurkan bahasa mereka dengan bahasa dari negara lain. Jadi, tidak bisa kalau karena munculnya bahasa 'jaksel' ini, budaya kita bisa terkikis sedikit demi sedikit. Karena buktinya hingga saat ini kebudayaan kita masih terjaga dan bahasa Indonesia masih menjadi bahasa resmi satunya di Indonesia. Selain itu,  mulai munculnya mata kuliah bahasa Indonesia di luar negeri menjadi bukti kuatnya bahasa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun