Mohon tunggu...
Muhammad Ezra Hanif
Muhammad Ezra Hanif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Jakarta

Sangat suka sekali makan enak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anthony Giddens, Agen, Struktur, dan Tindakan

10 November 2022   10:35 Diperbarui: 10 November 2022   10:46 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ANTHONY GIDDENS, Lahir di Edmonton, London Utara, pada tanggal 18 Januari 1938, terlahir dari sebuah keluarga yang bekerja sebagai staf biasa di London Transport. Pada tahun 1959, ia memulai studinya di Universitas Hull dan mendapatkan gelar sarjana di bidang sosiologi dan psikologi. Kemudian, ia mendapatkan gelar Masternya di London School of Economics.

Kebangkitan semangat intelektual Giddens, bermula ketika ia mengajarkan psikologi sosial di Universitas Leicester mulai tahun 1961. Giddens memulai proyeknya dengan membaca dan mempelajari pemikiran tokoh-tokoh yang menjadi tonggak besar dalam sosiologi, Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber. Hingga akhirnya ia menerbitkan buku berjudul Capitalism and Modern Social Theory: An analysis of the Writings of Marx, Durkheim and Max Weber (1971), satu tahun setelah ia mendapat gelar Ph.D. di Universitas Cambridge.

Buku Capitalism and Modern Social Theory, menjadi tonggak awal mula dikenalnya pemikiran Giddens yang menjadi salah satu subangsih terbesar dalam kajian-kajian ilmu sosial. Buku ini tidak hanya mengkritisi dengan tajam pikiran-pikiran Marx, Weber, dan Durkheim, akan tetapi juga mengkritisi ideologi-ideologi politik yang sudah mapan seperti Liberalisme, Konservatisisme, dan Sosialisme.

Teori Strukturasi

Kritik Giddens terhadap para sosiolog klasik, merupakan pijakannya dalam mengembangkan Teori Strukturasinya. Teori ini hadir untuk menengahi perdebatan antara dua aliran sosiologi, yaitu struktur fungsional dengan sosiologi interpretatif.

Strukturalisme menurut Giddens sangat menekankan struktur ketika menilai tindakan yang dilakukan oleh aktor, alhasil aktor seakan tidak memiliki kebebasan dalam bertindak karena adanya kekangan struktur. Sedangkan sosiologi yang bersifat interpretatif, menekankan jika struktur tidak ikut ambil peran ketika aktor melakukan tindakan. Hal ini berarti bahwa meskipun paradigma ini menganggap individu bukan robot, ia tetap menyingkirkan faktor eksternal yang mempemgaruhi tindakan

Menurut teori strukturasi, domain dasar kajian ilmu-ilmu sosial bukanlah pengalaman aktor individu, maupun keberadaan bentuk apa pun totalitas kemasyarakatan, namun merupakan praktek-praktek sosial yang ditata menurut ruang dan waktu.

Giddens menjelaskan, struktur tidak disamakan dengan kekangan (constraint) namun selalu mengekang (constraining) dan membebaskan (enabling). Hal ini tidak mencegah sifat-sifat struktur sistem sosial untuk melebar masuk kedalam ruang dan waktu diluar kendali aktor-aktor individu, dan tidak ada kompromi terhadap kemungkinan bahwa teori-teori sistem sosial para aktor yang dibantu ditetapkan kembali dalam aktivitasativitasnya bisa merealisasikan sistem-sistem itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun