Sinar mentari pagi menerobos masuk melewati sela -- sela jendela dari kamarku. Sinar itu menyinari wajahku hingga aku terbangun. Aku pun membuka matak dengan sangat berat dan melihat ke arah jam dinding yang ada di kamarku. Seketika itu aku terkejut untuk bangun, ku lihat jam telah menunjukan pukul 06.30 WIB. Dengan cepat dari tempat tidur langsung menuju ke kamar mandi. Ketika sampai di depan kamar mandi, aku terpeleset kain oleh basah yang ada di bawah, beruntung aku tidak jatuh dan mencederai tubuhku.
Setelah mandi, aku segera berpakaian sekolah dengan rapih. Kemudian, aku sarapan pagi bersama ayah dan ibuku. Sesudahnya aku langsung berpamitan kepada kedua orang tuaku dan langsung berangkat menuju sekolah dengan mengendarai sepeda motorku. Jarak dari sekolah ke rumahku tidak begitu jauh sehingga hanya sekitar 15 menit aku telah sampai di sekolah. Beruntung aku tidak terlambat, pikirku. Aku pun langsung menuju kelasku. Setibanya aku disekolah, kulihat semua teman -- teman sedang bersiap -- siap mengikuti upacara. Kemudian aku juga ikut mempersiapkan diri untuk mengikuti upacara. Namun, ketika aku mencari topiku di dalam tas, betapa terkejutnya aku ternyata topiku tidak ada di sana.
Aku pun mulai panik. Terbayang sudah aku akan dihukum berdiri sendiri di depan lapangan upacara dan ditertawai oleh teman -- teman. Karena aku tidak mau kena hukuman, aku berniat pulang mengambil topiku yang tertinggal di dalam rumah. Kulihat pula jam masih menunjukan pukul 07. 00 wib. Aku pikir masih ada waktu bagiku untuk pulang ke rumah. Aku pun pulang kembali ke rumah. Setelah mengambil topi, aku kembali ke sekolah. Ku pacu sepeda motorku dengan sangat kencang. Namun, ketika di tengah perjalanan motorku tiba -- tiba berhenti mendadak.
Aku pun semakin panik, setelah aku periksa, motorku ternyata kehabisan bensin. Terpaksa aku mendorongnya sambil mencari penjual bensin terdekat. Beruntung, aku menemukan pom bensin tidak jauh dari tempat motorku mogok. Kemudian aku membeli bensin yang terdekat dan langsung memacu sepeda motorku.berkumpul di lapangan upacara. Ternyata upacara baru saja akan dimulai. Aku berlari menuju lapangan upacara dan berbaris bersama teman -- temanku yang sudah terlebih dahulu tiba.
Aku pun menjadi lega karena sudah memiliki topi dan siap untuk upacara. Ketika upacara berlangsung, guru bk mengadakan razia memeriksa kerapian dan kelengkapan semua siswa. Aku pun tenang, pikirku aku tidak akan kena hukuman. Namun, tidak aku sangka tiba-tiba guru BK menghampiriku dan mencatat namaku. Ternyata aku tidak memakai ikat pinggang. Senyum yang tersembul dari pipiku tiba -- tiba menghilang. Aku ternyata lupa bahwa aku belum melepaskan ikat pinggang yang masih menempel di celana pramuka ku. Aku pun pasrah menerima hukuman dari guru BK ku yang akan aku terima.
Sehabis upacara, guru BK mengumpulkan semua siswa yang telah tercatat melakukan pelanggaran. Ada sekitar sepuluh orang siswa dan salah satunya termasuk aku yang terjaring razia kali ini. Kami semua dibariskan menghadap ke tiang bendera selama kurang lebih sekitar sepuluh menit. Setelah itu, guru bk datang dan menceramahi kami. Aku hanya bisa mendengarkan perkataannya. Lalu, kami pun mendapat hukuman untuk membershihkan toilet sekolah.
Tanpa bisa menghindar aku menghabsikan waktu dua jam pelajaran dengan membersihkan toilet pria yang terkenal sangat bau tersebut. Aku pun menyadari bahwa semua sesuatu yang tidak dipersiapkan akan membawa mengakibatkan bencana. Oleh karena itu, sejak saat itu aku selalu mempersiapkan atribut sekolah sebelum tidur malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H